PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Dua penampakan harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) terekam camera trap yang dipasang Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Teluk Lanus, Kabupaten Siak. Tangkapan gambar itu menjadi penampakan pertama setelah rentetan serangan harimau di habitat harimau sumatera lanskap Semenanjung Kampar sepanjang 2022 ini.
"Itu tangkapan camera trap tanggal 23 Oktober yang kami cek pada tanggal 24 Oktober 2022.Kalau kita lihat besaran dari individunya, satu sudah dewasa dan satu masih remaja yang kemungkinan itu anaknya,"ujar Kepala Balai Besar (Kababes) Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Riau, Genman Suhefti Hasibuan, Rabu (2/11).
Meski demikian, Genman memastikan tidak akan merelokasi harimau sumatera dari Semenanjung Kampar, kendati ada rentetan serangan maut di beberapa kawasan seperti di Teluk Lanus, Pulau Muda, dan Serapung. Pasalnya, kawasan yang dikenal dengan lanskap Semenanjung Kampar tersebut merupakan habitat asli harimau.
"Tidak. Tidak akan kita relokasi dari sana. Tetap di Semenanjung Kampar kalau kita relokasi,"ujarnya, Rabu (2/11).
Kalaupun tertangkap, pihaknya hanya akan merelokasi harimau tersebut ke wilayah yang lebih jauh dari pemukiman. Namun tetap masih di landscape Semenanjung Kampar. Genman menyebutkan, selain camera trap, saat ini box trap juga masih terpasang di beberapa lokasi terakhir kali harimau sumatera menyerang manusia, termasuk di Teluk Lanus.
Genman menyebutkan, sejak tangkapan pertama itu hingga kemarin, belum ada tangkapan gambar baru. Menurutnya, harimau tersebut sudah beberapa hari tidak terlihat yang artinya mereka sudah tidak datang lagi ke sana. "Mudah-mudahan mereka sudah menjauh dari pemukiman,"harap Genman.
Disinggung soal kondisi wilayah konservasi lanskap Semenanjung Kampar, menurut Genman saat ini masih layak sebagai habitat harimau sumatera, terutama pada wilayah inti di mana habitat harimau itu menurutnya masih sangat luas. Hal ini juga menjadi alasan pihaknya tidak akan merelokasi harimau tersebut keluar dari Semenanjung Kampar.
Genman juga menyebutkan, penemuan dua harimau tersebut juga bisa berarti ada pertambahan populasi harimau sumatera di Semenanjung Kampar. Pasalnya, bila benar harimau dewasa itu sudah teridentifikasi sebelumnya.
"Maka kami sedang mendorong para pakar untuk melakukan penelitian. Berapa individu di sana dan berapa daya dukungnya di sana. Jangan-jangan dari daya dukung dia sudah over kapasitas. Ini akan menjadi target kerja kami agar para pakar dan ahli melakukan penelitian dan kajian tersebut,"jelas Genman.
Sekadar informasi, harimau merupakan hewan penyendiri atau hidup tanpa kawanan. Satu atau dua individu dewasa harimau menguasai atau mendiami satu teritorial wilayah yang cukup luas. Kajian jumlah populasi harimau itu nanti, seperti disebutkan Genman akan menjadi patokan langkah konservasi selanjutnya bagi harimau jenis terakhir di Indonesia tersebut.
Sementara itu, Kaur Pemerintahan Kampung Teluk Lanus, Kenang menjelaskaan, awal pekan lalu memang ada petugas dari BBKSDA yang turun ke Kampung Teluk Lanus. Ketika itu dia sedang tidak di Teluk Lanus. Dia ada kegiatan di Kecamatan Sungai Apit. Dan saat kembali ke Kampung Teluk Lanus, petugas sudah kembali.
"Hanya saja, satu camera trap atau kamera pengintai memang dibawa," terang Kenang, Rabu (2/11).
Kenang menegaskan, sejak beberapa hari belakangan, atau sejak perangkap dan camera trap dipasang, belum ada lagi harimau yang masuk Kampung Teluk Lanus. Menurut Kenang, biasanya jika harimau masuk kampung, ada saja hewan ternak atau anjing penjaga yang dimangsa.(end/mng)