(RIAUPOS.CO) - Beragam kue kering menyambut hari raya Idul Fitri nanti telah dipersiapkan sejak pekan kedua Ramadan. Ragam bentuk kreasi dan warna kue itu akan menghiasi meja-meja di setiap rumah dalam menyambut tamu yang hadir untuk bersilaturahmi.
Para ibu, sebagian akan mulai membuat kue sepekan menjelang hari raya. Namun ada yang memilih cara praktis dengan membeli yang sudah jadi. Jika tidak ingin repot, membeli kue menjadi pilihan. Beragam kue memanjakan mata juga akan mudah dijumpai, di pinggir jalan atau di antara jajanan takjil.
Para produsen kue rumahan maupun pabrikan, jauh hari telah membuat kue-kue ini untuk para pelanggam setia maupun pelanggan baru. Salah satu produsen kue kering rumahan adalah Mulya Oktaviani. Usaha rumahan yang dimulai sejak tahun 1991 ini, merupakan usaha pembuatan kue kering milik orang tuanya, Linda Catering and Cookies.
Setiap tahunnya, Mulya selalu menjual kue-kue kering olahan rumah dengan harga yang kompetitif dan dipasarkan hingga ke luar kota. Beragam kue akan disajikan untuk para pelanggan setia dan pelanggan baru. “Tahun ini ada 13 jenis kue yang disajikan,” ujar Mulya.
Ketiga belas jenis kue di antaranya nastar, quacker, lapis coklat, roll cokies, nestum, coco check, green tea, bangkit susu, lidang kucing original, putri salju, dan castengel dan paha ayam.
Nastar tetap menjadi favorit sebagai kue yang wajib disajikan pada hari raya. Kue favorit lainnya adalah quaker. Olahan dari bahan quaker ini tanpa menggunakan mentega, juga memiliki peminat yang cukup banyak. “Selera orang berbeda, tapi dua kue tersebut sudah dipesan masing-masing 100 toples,” ujarnya.
Tiap tahun dijelaskan Mulya, memiliki bentuk yang berbeda meskipun tetap membuat kue-kue dengan model lama, seperti lidah kucing, putri salju dan bangkit susu yang tidak pernah terlewatkan. Kue paha ayam menjadi hal yang baru. Kue otoy yang biasa dimakan dalam ukuran besar ini, kini berada di dalam toples dengan bentuk yang lucu.
Paha ayam yang biasa dihiasi dengan ceres coklat ini, kini dihiasi dengan springkel warna warni dengan biskuit stik jadi tumpuannnya, lelehan coklat yang telah mengering ini menjadi pelapis kue mentaga.
Persiapan dalam membuat kue lebaran ini, Mulya dibantu oleh empat anggota keluarganya. Pembelian bahan sebelum puasa dipilih agar tidak berdesakan dengan pembeli lainnya. Proses pembuatan kue, baru dilakukan pada puasa hari kedua. Kue-kue yang disajikan disesuaikan dengan pesanan para pelanggan. “Pelanggan lama biasanya sudah mesan di awal puasa,” ujarnya.
Setiap tahun, ia mampu menjual minimal 500 hingga 800 toples. Penjualan yang dilakukan melalui daring dengan mempostingnya di media sosial instagram. “Tidak dijual massal, yang mau lihat dan coba bisa datang langsung ke rumah,” ujarnya.
Tiap tahun, pengalaman yang membuat Mulya menjadi bahan pembelajaran adalah sepekan menjelang Ramadan akan banyak pembeli yang datang meski mereka belum memesan kue sebelumnya. Hingga terkadang, kue-kue yang diperuntukkan untuk di rumah terpaksa dijual kepada pembeli. “Minimal 7 hari jelang hari raya sudah tidak terima orderan,” ujar Mulya.
Jadi bagi para ibu yang tidak sempat membuat kue, dan sibuk dengan persiapan lainnya bisa memulai untuk hunting kue-kue lebaran yang disajikan oleh produsen kue kering. Baik yang rumahan atau yang di jajakan di pinggir jalan. Untuk di pinggir jalan, nanti pada jelang sepekan sebelum hari raya akan mudah dijumpai kue-kue dengan beraneka bentuk yang dipasarkan di pusat-pusat keramaian.(cr4/gem)