Lawan Everton, City membuang 61 persen peluangnya mencetak gol. Dari total 18 shots, hanya tujuh yang on target. Mestinya, kelemahan itu bisa direduksi. Karena, di laga nanti Pellegrini diprediksi bisa memainkan formasi andalannya 4-2-3-1 dengan Sergio “Kun” Aguero sebagai ujung tombaknya.
David Silva akan kembali di belakang Kun, dengan didampingi Sterling di sisi kiri dan Kevin De Bruyne di sisi kanan. Sterling mewanti-wanti dua double pivot City, Yaya Toure dan Fernando untuk mewaspadai pergerakan dari pemain sayap kanannya, Wilfried Zaha.
Bersama Yannick Bolasie dia menjadi kekuatan serangan The Eagles, julukan Palace. Untungnya, Bolasie masih dibekap cedera pinggang. Menurut Whoscored, Zaha merupakan pemain yang paling banyak melakukan dribble sukses di Palace dengan 3,4 kali per game.
’’Dia bisa memaksa setiap full back lawan melakukan kesalahan yang kemudian dimanfaatkan dengan gol. Begitu bebasnya mereka dalam bermain, setiap lawan tidak akan tahu apa rencana yang akan mereka berikan di hari pertandingan, itulah mengapa mereka bisa mengalahkan klub hebat di Premier League,’’ tutur Heemio, sapaan karib Sterling.
Sepanjang Premier League ini, sudah dua klub besar yang tidak mampu meredam keajaiban strategi Alan Pardew. Chelsea tumbang pada 29 Agustus lalu, dan yang terakhir Liverpool bersama gegenpressing-nya Juergen Klopp pun tidak berdaya pada 8 November lalu.
Kedua laga berakhir dengan skor identik, 2-1 untuk Palace. Uniknya, Chelsea dan Liverpool kalah di depan publiknya sendiri. Dengan kata lain, ancaman Palace lebih besar saat bermain di kandang klub besar. Tidak mustahil Damien Delaney dkk mampu mengulangi histori 25 tahun lalu mempecundangi City di Manchester.