MAKKAH DAN PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Wukuf di Padang Arafah berlangsung dengan penuh khidmat meski suhu berada di level 46 derajat celcius (℃), Selasa (27/6). Sebanyak dua juta lebih jemaah haji berkumpul jadi satu di area seluas 12 juta meter persegi itu. Termasuk para jemaah haji dari Indonesia. Kegiatan wukuf itu berjalan dengan lancar.
Kementerian Agama (Kemenag) menggelar seremoni ibadah wukuf di tenda utama. Salah satu kegiatannya adalah khutbah wukuf yang disampaikan oleh Habib Ali Hasan Al-Bahar. Dengan judul khutbah Padang Arafah Padang Makrifat, Sajadah Berhampar Berkah. Salah satu poin utamanya adalah penyelenggaraan haji tidak bisa lepas dengan perjalanan hidup Nabi Ibrahim.
Dia menuturkan Nabi Ibrahim mendapatkan perintah langsung dari Allah untuk menjalankan ibadah haji.
“Suara saya tidak bisa sampai pada mereka,” kata Ibrahim saat itu. Lantas Allah menjawabnya: Cukup bagimu memanggil dan Aku yang akan menyampaikan dari atas bukit Jabal Abi Qubais.
Dia lantas menyampaikan Arab Saudi sebagai pelayan dua tanah suci (Madinah dan Makkah) sudah menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Memberikan pelayanan kepada seluruh jemaah dari penjuru dunia. Tidak terkecuali jemaah haji dari Indonesia. “Tapi kita tidak boleh lupa, peranan pemerintah Indonesia juga,” katanya.
Menurut dia pemerintah Indonesia sudah berupaya memberikan pelayanan yang istimewa kepada jemaah haji. Apalagi pada musim haji tahun ini, jumlah jemaah lansia cukup banyak. Dia menegaskan haji adalah perjalanan yang luar biasa bagi tiap-tiap individu umat Islam.
Dia lantas mengatakan haji juga bisa berarti Hujjah. Yang artinya adalah bukti. Jadi haji adalah bukti pencarian cinta dan ridho dari Allah. “Siap meninggalkan tanah air. Siap meninggalkan keluarga, meninggalkan semua yang selalu melekat dan membuat kita berbeda,” tuturnya.
Rangkaian kegiatan wukuf jemaah haji Indonesia dimulai pada 26 Juni pukul 18.45 waktu setempat. Yaitu diawali salat berjamaah. Kemudian setelah sambutan-sambutan, diisi dengan tata cara pelaksanaan wukuf yang digelar 27 Juni pukul 12.20 waktu setempat.
Lalu zikir, doa wukuf, dan ibadah mandiri dilaksanakan sampai pukul 19.00 waktu setempat. Untuk diketahui, pelaksanaan wukuf adalah mulai dari tergelincirnya matahari atau waktu zuhur di tanggal 9 Zulhijah. Arab Saudi menetapkan 9 Zulhijjah jatuh pada 27 Juni.
Di bagian lain Kepala Daker Makkah Khalilurrahman mengatakan pada 9 Dzulhijjah dini hari, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, mereka melakukan penyisiran di seluruh hotel jemaah Indonesia di Makkah. Tujuannya untuk memastikan semua jemaah sudah berada di Arafah. Proses penyisiran ini dilakukan sampai pukul 06.00 waktu setempat.
“Kecuali yang sakit dan akan safari wukuf, mereka masih di Makkah,” katanya. Kegiatan safari wukuf dijalanan oleh tim kesehatan KKHI Makkah. Dia mengatakan pendataan pada 9 Dzulhijjah pagi, ada 240 jemaah yang akan mengikuti safari wukuf.
Sementara itu, jemaah diminta mewaspadai heat stroke di tengah suhu Saudi yang mencapai 46 derajat celcius. Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengimbau agar tanda-tanda gangguang kesehatan ini harus dikenali sejak dini. Terutama, ketika di Arafah dan Mina.
Misalnya, mulai merasa pusing, terasa agak “melayang”, hingga suhu tubuh panas sekali. Gejala tersebut pun pernah dialami saat dirinya bertugas sebagai Tenaga Kesehatan Haji dan bertugas di Klinik di Mekkah pada tahun 1989. ”Rupanya itu gejala awal dari heat stroke,” ungkap Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI tersebut.
Dalam keadaan seperti itu, lanjut dia, ada empat hal yang bisa dilakukan. Yakni, memindahkan jemaah ke tempat dingin atau ruangan ber AC, menurunkan suhu tubuh dengan kompres atau air, monitor ketat keadaan kesehatan dan suhu tubuh pasien, serta segera berkonsultasi ke petugas kesehatan yang ada. ”Penanganan oleh petugas kesehatan juga akan amat serius serta tergantung status klinis pasiennya, apalagi kalau pasien sudah sampai kehilangan kesadaran, gangguan pernapasan serta gangguan hemodinamik,” jelasnya.
Guna mengantisipasi kondisi tersebut, jemaah disarankan untuk menghindari aktifitas yang tidak perlu di luar ruangan/tenda selama di Arafah dan Mina. Kemudian, memastikan minum yang cukup banyak. ”Kalau terpaksa keluar maka gunakan pakaian yang cerah, longgar, dan bila mungkin di tempat keteduhan,” tuturnya.
Berbeda dengan Tjandra, menurut Anggota Dewan Kehormatan Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) HB Tamam Ali sudah jarang dikeluhkan. Jemaah sudah lebih rajin mengkonsumsi air zamzam sesuai dengan imbauan yang diberikan. Sehingga, cuaca panas masih bisa diantisiapasi.
”Kebanyakan keluhannya itu diare, batuk, pilek dan demam karena faktor kelelahan dan perbedaan cuaca,” ujarnya saat ditemui di sela acara GreenHajj, di Jakarta, Selasa (27/6).
Tapi, lanjut dia, karena jemaah mayoritas lansia, maka tetap harus diawasi ketat. Dia mengimbau, agar petugas bisa mengatur para jemaah agar fokus terlebih dahulu pada ibadah wajibnya. Dengan begitu, para jemaah terutama jemaah lansia bisa menjalankan ibadah saat puncak haji dengan lancar.
Selain itu, kondisi di Mina juga turut dikhawatirkan olehnya. Mengingat, kuota haji tahun ini diberlakukan 100 persen. Belum lagi tambahan haji furoda. Sementara, kapasitas mina masih tetap sama. Artinya, bakal ada kepadatan luar biasa nantinya.
Karenanya, ia kembali menekankan pentingnya pendampingan bagi para lansia nantinya. ”Tahun ini memang lansia jadi prioritas setelah sebelumnya ada pembatasan. Karenanya, ini tantangan besar bagi penyelenggara. Petugas haji dan tenaga kesehatan harus bekerja keras,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Tamam turut menjelaskan mengenai haji furoda yang tengah jadi polemik. Menurutnya, haji furodah adalah jalur haji yang diakui meski beberapa tahun lalu sempat “kucing-kucingan”. ”Tapi sekitar 2017-2018 sudah mulai diakui sebagai haji resmi. Cuma jalurnya beda,” jelasnya.
Jika haji khusus diperoleh dari kuota nasional, yakni jatah 8 persen dari kuota nasional maka furoda memanfaatkan jatah amir-amir di Saudi. Yang mana, dulu, berlaku gratis dan diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja. misal perwakilan dari NU, Muhammadiyah, DPR dan lainnya.
Namun, kemudian berkembang dengan tarif yang telah ditentukan lantaran pasar yang cukup besar di Indonesia. Maka, “jatah” tersebut ditawarkan. ”Ini ada pilihan (furoda, red). (tetap bayar, red) iya. Undangan itu istilah saja,” ujarnya.(ilo/wan/mia/das)
Laporan JPG dan JOKO SUSILO, Makkah dan Pekanbaru