Resepsi Dilarang, Nikah Maksimal Dihadiri 10 Orang

Nasional | Sabtu, 28 Maret 2020 - 08:47 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menegaskan, tidak ada kebijakan menutup Kantor Urusan Agama (KUA). Meski pun di tengah wabah Covid-19 ini, layanan KUA tetap aktif. Hanya, banyak personelnya yang bekerja dari rumah.

Mantan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag itu menjelaskan, sudah ada surat edaran (SE) yang mengatur operasi KUA. Untuk sementara waktu KUA tidak membuka layanan selain urusan administrasi pencatatan nikah. Layanan KUA yang dihentikan sementara antara lain adalah bimbingan perkawinan, konsultasi perkawinan, bimbingan klasikal, dan manasik haji.

Kamaruddin mengatakan, layanan pencatatan nikah di KUA dilakukan dengan sejumlah pembatasan. Antara lain, prosesi pencatatan nikah diikuti maksimal sepuluh orang. "Calon pengantin dan keluarganya yang mengikuti proses pencatatan nikah harus membasuh tangan dengan sabun dan memakai masker," jelasnya, kemarin (27/3).


Pencatatan nikah di luar gedung KUA juga masih dilayani dengan beberapa syarat. Misalnya, prosesi pencatatan nikah dilakukan di tempat terbuka atau ruangan dengan ventilasi sehat. Kemudian, jumlah orang yang mengikuti prosesi pernikahan juga dibatasi maksimal sepuluh orang. Calon pengantin dan keluarganya tetap wajib membasuh tangan dengan sabun serta mengenakan masker. Lalu, petugas, wali nikah, dan calon pengantin laki-laki memakai sarung tangan dan masker saat ijab kabul.

Kamaruddin menuturkan, ketentuan itu dibuat untuk mencegah, mengurangi persebaran, dan melindungi pegawai serta masyarakat umum dari potensi penularan virus corona. Selain itu untuk memastikan pelayanan publik yang bersifat vital tetap terlaksana dengan efektif dan efisien. "Kepala KUA agar kerja dari rumah sesuai edaran menteri agama," ucapnya. Namun, dia mengingatkan, pelayanan publik di KUA tidak boleh berhenti. Layanan KUA dilakukan dengan menerapkan protokol pencegahan wabah Covid-19.

Di sejumlah daerah terdapat kasus pembubaran kegiatan resepsi pernikahan oleh personel kepolisian. Misalnya yang terjadi di Jember, Jawa Timur. Polisi dalam kasus tersebut sudah bertindak sesuai ketentuan. Resepsi pernikahan yang dibubarkan diikuti banyak undangan sehingga menimbulkan kerumunan. Itu berpotensi menyebarkan virus corona.(wan/c9/oni/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook