JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sistem peringatan dini tsunami, bagian yang dipasang jauh di lepas pantai Sumatera, tak berfungsi ketika pulau Indonesia dilanda gempa berkekuatan 7,8 pada Rabu malam.
22 sensor laut dalam, menyebar di seluruh negeri, dalam kondisi "tidak aktif" karena kurangnya dana untuk menjalankan dan mempertahankan mereka, kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Namun, juru bicara Kementerian Koordinator Kelautan Djoko Hartoyo mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa kerusakan itu karena "vandalisme", menyalahkan nelayan yang merusak pelampung dengan mengambil antenanya. Ini, ia menambahkan, menghambat terkirimnya data penting ke pusat peringatan tsunami di Jakarta.
"Sensor akan memberikan kami kepercayaan diri tentang bagaimana kita harus menangani (situasi) jika tsunami terjadi," Dr Sutopo Purwo Nugroho, yang mengepalai Data BNPB dan bagian informasi, terungkap pada konferensi pers Kamis.
Sensor akan, antara lain, mengkonfirmasi kejadian tsunami, dan memberikan data yang akurat tentang seberapa tinggi dan cepat gelombang bergerak, serta di mana mereka sedang menuju.
Ada lima pelampung lainnya dengan sensor bekerja dan beroperasi malam itu, tapi mereka semua milik asing, kata Dr Sutopo.
Sebuah kapal militer dan personil penyelamatan dikirim kemarin untuk memeriksa masyarakat pesisir terpencil, termasuk orang-orang di Kepulauan Mentawai – daratan yang paling dekat dengan pusat gempa.
Sumatera tanpa kerusakan kemarin meskipun terkena 11 gempa susulan. Tidak ada kerusakan serius dan tidak ada korban yang dilaporkan di daerah di jalur gempa, yang terdeteksi sekitar 808km dari Padang di Sumatera Barat, kata Dr Sutopo.