JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sejumlah negara sudah dan akan mencabut aturan karantina hotel untuk sebagai langkah antisipasi penularan Covid-19. Terbaru ada Hongkong dan Taiwan yang mencabut aturan itu namun tetap mewajibkan tes antigen bagi pelancong. Negara-negara di dunia sudah mulai berdamai dengan keadaan dan menuju endemi. Bagaimana dengan di Indonesia?
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan, pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia masih penting. Sekalipun sejumlah negara sudah melonggarkan aturan pembatasan, Dicky menilai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap meminta dunia jangan lengah.
“PPKM masih penting di Indonesia, pendekatan relatif murah. Ini sejalan dengan rekomendasi WHO ya, di mana WHO tetap anjurkan semua negara di dunia untuk tetap menjaga masing-masing, ya meskipun level disesuaikan. Tapi ini penting ya. Kenapa juga saya selalu mengingatkan PPKM harus dijaga, ini sejalan rekomendasi WHO,” kata Dicky kepada JawaPos.com, Ahad (25/9/2022).
Dicky menambahkan, PPKM tetap penting diterapkan meski dalam level relatif rendah. Sebab cakupan imunitas melalui vaksinasi booster masih baru mencapai sekitar 25 persen.
“Dalam derajat yang disesuaikan. PPKM jadi tools intervensi efektif menuju masa transisi, untuk menjalani pemulihan dan keluar dari situasi kritis,” katanya.
Ancaman Varian Baru
Mengapa PPKM masih harus diterapkan? Selain cakupan booster yang masih rendah, kata dia, sejumlah varian baru yang menurunkan efikasi antibodi juga masih jadi ancaman. Ia menegaskan booster harus menjadi syarat masuk bagi pelancong saat berpergian.
“Karena masih ada ancaman varian baru, selama ada negara-negara yang lemah imunitasnya, dan longgar. Dosis booster jadi sangat penting dan cenderung jadi rujukan, dosis lengkap menguat ke arah 3 dosis,” katanya.
Selain itu, dosis 4 juga penting untuk diberikan kepada mereka secara selektif. Salah satunya adalah tenaga kesehatan hingga lansia serta mereka yang masuk ke negara endemis.
“Ingat juga, penduduk kita bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun belum dapat vaksinasi primer, saya sangat mendorong agar Indonesia punya vaksin primer sendiri, ini penting,” pungkas Dicky.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman