Sadar atas konsekuensi tersebut, Kemenkes mulai menggalakkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat). Gerakan ini berupa peningkatan pengetahuan stake holder, tenaga kesehatan, kader posyandu dan masyarakat tentang penggunaan obat. Dalam sosialisasi ini, mereka diajari melihat kandungan obat, cara penggunaan, hingga resiko penggunaan yang tertera dalamkemasan obat. Setidaknya, ada 300 orang yang terlibat dalam sosialisasi yang diselenggarakan.
“Kami harapkan dapat ditularkan ke masyarakat lain. Kader posyandu bisa menyosialisasikan ke warga di desanya. Misal yang mudah saja, ketika sakit flu, diare tidak perlu antibiotik. Kemudian, lihat simbol dengan warna merah dibungkus obat. Itu tandanya obat keras,” papar Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura Linda Sitanggang. Sementara untuk tenaga kesehatan, Tim KPRA tengah mendorong adanya materi khusus tentang obat dalam kurikulum pendidikan kedokteran. Selama ini, materi tentang penggunaan obat memang telah diberikan, namun untuk penanggulangan resistensi obat masih belum keseluruhan.
“Jadi yang dipelajari tentang kuman jinak. Sementara saat ini terus berkembang, adanya resistensi obat sehingga menyebabkan kuman ganas. Ini kita dorong masuk,” ungkap Hari. Rencana ini, imbuh dia, sudah dikomunikasikan dengan pihak Kemenkes dan Kemeterian Riset, Teknologi danPendidikan Tinggi (Riset Dikti). Diharapkan, materi sudah bisa disuguhkan dalam kurikulum pendidikan dokter.(mia/ted)