JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani gerak cepat merespons kasus tenggelamnya kapal pekerja migran Indonesia (PMI) di Johor Bahru, Malaysia.
Ia membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus tersebut.
Benny menduga ada pihak-pihak lain yang terlibat dalam peristiwa nahas yang merenggut 21 nyawa tersebut. Karenanya, dia membentuk tim investigas yang terdiri dari pihak internal dan eksternal guna menyelidiki kasus secara menyeluruh.
"Inverstigasi menyeluruh ini, kita harapkan menghasilkan hasil yang akan membuka tabir kejahatan kemanusiaan penempatan ilegal ke Malaysia," ujarnya.
Tim investigasi pun mulai bekerja kemarin (19/12). Ia meminta dukungan dan kerja sama semua pihak yang berada di Kepulauan Riau, baik itu LSM, pers, hingga masyarakat umum bila memiliki informasi terkait kejahatan ini.
Dia berharap, dengan investigasi yang dilakukan maka dapat diketahui siapa bandar dan para oknum yang terlibat. Tidak hanya aktor lapangan, tapi pemeran lain di balik layar. Kalaupun ada pihaknya yang terlibat, ia tak ragu untuk memberikan sanksi tegas.
"Saya tak akan segan melakukan pencopotan dari jabatan BP2MI," tegasnya.
Hingga saat ini, Benny juga terus berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal RI Johor Bahru terkait perkembangan para PMI tersebut. menurutnya, hingga Sabtu (18/12), sudah 21 orang dinyatakan tewas dalam insiden tersebut. sementara, 13 orang selamat dan 16 orang masih dalam proses pencarian.
Sebanyak 50 PMI tersebut diduga kuat berangkat melalui jalur tidak resmi dari Tanjung Balau, 90 kilometer dari pelabuhan resmi di wilayah Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, menuju Johor Bahru, Malaysia pada Rabu (15/12). Data sementara dari hasil identifikasi, korban teridentifikasi berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah.
Pemerintah pun sudah membuka layanan informasi hotline untuk pihak keluarga yang merasa ada anggota keluarganya ikut menjadi korban. Mengingat, tidak semua jenazah diketahui identitasnya.(mia/jpg)