Satu Juta Orang Bakal Diuji Rapid Test Virus Corona

Nasional | Jumat, 20 Maret 2020 - 20:05 WIB

Satu Juta Orang Bakal Diuji Rapid Test Virus Corona
ILUSTRASI. Berdasarkan angka hitungan Population Risk atau Populasi Berisiko sebanyak 600-700 ribu orang atau sekitar 1 jutaan akan diuji dengan rapid test.. (South China Morning Post)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah memastikan skenario pemeriksaan spesimen dengan cara pemeriksaan cepat (rapid test) segera dijalankan. Kepastian itu menyusul dua ribu kit alat uji Rapid Test sudah tiba. Nantinya, masyarakat ramai-ramai akan dites siapa saja yang paling berisiko untuk memutus mata rantai.

Juru Bicara Pemerintah Untuk COVID-19 Achmad Yurianto menjelaskan, penularan virus Korona yang tanpa bergejala membuat kita tidak bisa mengenali orang berisiko. Untuk mengurangi penularan yang berpotensi menulari orang lain maka pemeriksaan secara massal.


"Pemeriksaan orang yang memiliki kontak dengan kasus positif akan dilakukan (dengan Rapid Test)," ujarnya kepada wartawan, Jumat (20/3).

Yurianto menyebutkan ada angka hitungan Population Risk atau Populasi Berisiko sebanyak 600-700 ribu orang atau sekitar 1 jutaan. Maka mereka akan dites dengan kit secara massal.

"Sudah tentu ini dilakukan melalui analisa resiko. Manakala yang kita yakini mereka yang berisiko akan dites. Makanya apabila seseorang dirawat positif, kami akan tracing ke belakang. Di mana saja pasien sejauh itu? Apakah di rumah, kantor, dan lainnya, seluas itu pula yang kami periksa," jelasnya.

Metode yang digunakan selama ini adalah pemeriksaan dan diagnosa molekuler dengan usapan dinding tenggorokan. Kemudian dilakukan dengan alat PCR untuk menentukan seseorang positif atau tidak.

"Dan untuk (Rapid Test) secara massal maka darah diambil sedikit, diuji alat dengan kit. Kurang dari 2 menit selesai hasilnya keluar," jelasnya.

Rapid Test dengan Mengukur Imun Pasien

Menurut Yurianto, hasil Rapid Test memiliki sensitivitas yang berbeda. Dan itu sebagai skrining awal atau penapisan massal secara awal pada kasus-kasus potensial.

"Melihat zat-zat imunoglobulin (protein yang disekresiman produk dari sel plasma yang mengikat antigen dan sebagai efektor sistem imun humoral). Zat dimunculkan tubuh secara alami respon dari dalam tubuh. Tapi bisa saja hasilnya negatif. Ini butuhkan waktu sampai 6 hari. Dan ini penapisan terbaik secara massal," paparnya.

Maka jika memang hasilnya positif dengan gejala ringan akan dianjurkan untuk isolasi diri di rumah. Kemudian diedukasi dengan asupan gizi yang cukup dan jaga jarak dengan anggota keluarga serta dipantau petugas puskesmas.

"Kasus positif saat skrining lalu dikonfirmasi dengan PCR, maka kami akan siapkan ruang rawatan. Kami tambah 2 tempat tidur untuk rawatan (per kamar). Dan wisma atlet juga hotel kemudian RS swasta dan BUMN untuk pasien-pasien yang dirawat," jelasnya.

Skrinning massal ini akan dilakukan secepatnya. Pemerintah sudah menerima 2 ribu kit untuk Rapid Test.

"Hari ini terima, tinggal dikirim (ke daerah-daerah berisiko). Dan selanjutnya ada tambahan 100 ribu yang akan masuk di hari berikutnya. Alat Pelindung Diri (APD) 10 ribu, masker 150 ribu. Sarung tangan. Sehingga akan mencukupi logistik untuk layanan rumah sakit," tandasnya.

Yurianto pun kembali menegaskan, penyakit virus korona adalah penyakit Self Limiting Disease yang bisa sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuhnya baik. Tak harus menunggu adanya obat yang definitif atau vaksin.

"Karena pasien yang sembuh jauh lebih banyak. Upaya-upaya tingkatkan imunitas jadi kunci," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook