DAMPAK LONJAKAN KASUS COVID-19

Keterisian Tempat Tidur Ada yang Lebih dari 100 Persen

Nasional | Sabtu, 26 Juni 2021 - 10:51 WIB

Keterisian Tempat Tidur Ada yang Lebih dari 100 Persen
Ilustrasi (NUR CHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG)

"Sempat terjadi kekurangan di Jateng dan Jogja," katanya.

Para pemasok pun rata-rata sudah mengalihkan 25 persen produksi pada fasilitas kesehatan. "RS-RS tidak seperti 2 hari lalu sudah berkurang yang minta. Mudah mudahan seterusnya seperti itu juga," katanya.


Sejauh ini kata Lia kapasitas tempat tidur (TT) aktif berada di kisaran 70 ribuan. Kemenkes telah meminta untuk menambah kapasitas.  Ditambah lagi dengan 3 RS yang didedikasikan untuk Covid-19. Dengan upaya penambahan dan konversi TT, dalam perhitungannya jumlah TT yang bisa tersedia mencapai 85 ribu TT. Saat ini TT yang aktif sudah terisi 65 ribu. Rata-rata adalah kasus aktif yang merupakan dalam perawatan.

Konversi ini, kata Lia, memerlukan waktu. Ia menghitung paling tidak baru akhir Juni TT bisa memadai dengan kebutuhan yang ada saat ini. Sekitar 80 an TT. Tapi itupun sangat tergantung dengan kondisi persebaran dan kenaikan kasus.

"Ini dengan catatan kasus tidak bertambah drastis. Pekan ini pertambahannya luar biasa. Kami juga kewalahan. Meskipun ada tempat tidur, tapi SDM harus disiapkan. Beberapa kasus nakes juga sudah tertular. Itu merepotkan RS," paparnya.

Selain itu, meskipun BOR nasional kelihatannya "masih" 65 persen. Namun jumlah tersebut tidak bisa dipukul rata. Beberapa RS di beberapa provinsi melaporkan sudah lebih dari 100 persen. Utamanya di DKI, Jabar dan Jateng. Joga dan Jatim juga beberapa RS nya melaporkan sudah melampaui 100 persen kapasitas.  "Persebaran tidak merata. Ada yang penuh, ada yang tidak. Yang kita kawatirkan yang penuh tersebut. Sementara konversi perlu waktu. Masyarakat harus sabar kalau antre," jelasnya.

Lia menambahkan, jika tempat tidur terus bertambah, BOR akan turun. Tapi harus lihat dulu provinsinya. Kalau provinsi tersebut angkanya terus naik, adakalanya kecepatan menambah TT tidak sebanding dengan pasien masuk.

"20 persen pasien Covid-19 perlu perawatan. Entah itu ringan, sedang atau berat. Kalau kemarin kasus bertambah 20 ribu misalnya, 20 persennya perlu perawatan," katanya.

Lia berharap masyarakat tidak grusa grusu meminta kamar. Ia menyebut pihak RS banyak mendapat telepon untuk meminta kamar. Hal ini tidak bisa dipenuhi RS karena ada sistem rujukan. Oleh karena itu, jika ada yang terdeteksi positif oleh pemeriksaan lab, maka terlebih dahulu mengukur dulu apakah merasa memiliki gejala.

"Kalau suhu tubuh, pernapasan sesak, diare, sangat lemas, susah digerakkan dan tidak mau makan, silakan datang ke RS. Kalu tidak disarankan ke puskesmas, dokter pribadi terdekat mungkin bisa isolasi mandiri di rumah. Melaporkan kondisinya pada dokter by phone. Tele konsultasi. Tidak usah panik dan buru-buru ke RS," jelasnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 23 Juni 2021, BOR nasional mencapai 69 persen yang terdiri dari tempat tidur isolasi 70 persen dan tempat tidur intensif 62 persen. BOR RS di Jakarta telah mencapai 90 persen, Jawa Barat 81 persen, Banten 79 persen, Jawa Tengah 79 persen, dan Yogyakarta 74 persen.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin  menutukan bahwa DKI Jakarta menjadi sorotan atas keterisian tempat tidur. Untuk itu ada penambahan tempat tidur perawatan pasien Covid-19.

"Dalam seminggu terakhir ada beberapa keputusan. Diantaranya mengkonversikan tiga rumah sakit pemerintah untuk menjadi 100 persen melayani Covid-19," ungkapnya. Sehingga ada penambahan tempat tidur.

Selain itu, mengubah IGD menjadi kamar isolasi. Sehingga untuk pasien yang sudah masuk rumah sakit mendapatkan perawatan. Sedangkan layanan IGD dilakukan di tenda-tenda yang dibangun di luar rumah sakit. "Kita tambah tempat isolasi. Satu di (rusun) Pasar Rumput dan satu di (rusun) Nagrek," katanya.

Dia menegaskan untuk kapasitas tempat tidur untuk layanan Covid-19 secara nasional masih ada yang kosong. "Masih ada 25 ribu tempat tidur (yang kosong," katanya.

Jumlah ini belum menambah dari konversi IGD dan tiga rumah sakit milik pemerintah di DKI Jakarta. Budi mengatakan bahwa di Indonesia ada 389.000 tempat tidur. Dia meminta 30 persen dialokasikan ke Covid-19. Sementara yang ada sekarang masih kurang dari 30 persen yang ditargetkan.

Terkait dengan oksigen, Menkes menyebut cadangan cukup. Sebab sebagian besar oksigen di Indonesia ditujukan untuk Industri. "Hanya 25 persen yang untuk medis," katanya.

Pihaknya telah mendapatkan komitmen dari suplaier oksigen untuk mengalihkan  oksigen industri ke oksigen medis. Ini tak akan mengganggu industri karena dapat dipasok dari produsen asing. Selain terkait produksi, ada juga masalah terkait distribusi dan tabung. Kemenkes menyatakan hal ini sudah teratasi.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian bersama Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) dan para pelaku industri terkait, berupaya menjaga ketersediaan pasokan oksigen medis untuk kebutuhan sejumlah rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di seluruh wilayah Indonesia.

"Kami sudah membahas dengan asosiasi terkait kekurangan kekurangan oksigen di beberapa rumah sakit di Jawa Tengah. Mereka akan menyuplai dari pabrik-pabrik di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kami akan terus memastikan kebutuhan oksigen di rumah sakit terpenuhi dan sudah disanggupi oleh asosiasi," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook