PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Para jemaah calon haji (JCH) diminta tidak melakukan aktivitas berat yang membuat kondisi drop jelang wukuf di Arafah. Kepala kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau, Dr H Mahyudin MA menyebutkan, di setiap kunjungannya, dia selalu melihat kondisi jemaah haji asal Provinsi Riau.
“Melalui ketua rombongan dan ketua regu, kita ingatkan jemaah untuk tidak melakukan aktivitas berat sampai pada waktu pelaksanaan wukuf di Arafah. Karena pada waktu itu memerlukan kesehatan yang prima, fisik yang kuat, terlebih lagi tidak adanya fasilitas transportasi yang beroperasi pada saat tersebut. Semua jemaah akan menuju ke Arafah, Muszdalifah dan mina serta kembali ke pemondokannya dengan berjalan kaki,” katanya, Sabtu (17/6).
Mahyudin juga berpesan untuk jemaah sakit dapat melaporkan kepada petugas kesehatan. Jemaah yang sakit, lansia dan risti yang perlu penanganan khusus dari tim medis, agar melaporkannya kepada petugas untuk dibantu dan dilakukan safari wukuf. Mahyudin juga mengatakan layanan kesehatan di Makkah mempermudah jemaah untuk berinteraksi. Semua jemaah haji yang ingin mengakses layanan kesehatan menjadi lebih dekat dan mudah.
“Saya melihat di beberapa hotel sudah ada layanan kesehatan yang disebut layanan satelit. Jemaah turun dari kamar, di lantai paling bawah ada layanan satelit bisa periksa tensi dan cek gula darah. Jemaah ingin kesehatannya terjaga dan bisa dideteksi seawal mungkin keluhannya menjelang wukuf di Arafah, Musdalifah, Mina,” tambahnya
Layanan Baik
Sementara itu, cerita jelang ibadah haji disampaikan seorang JCH. Dapat menunaikan ibadah haji merupakan suatu kebahagiaan yang dirasakan Denny Angke Supriandi. Di tengah antrean panjang dan lama, Allah izinkan dia untuk dapat menjadi tamu Allah ke Baitullah. Tahun 2023, dia diberi Allah jalan bertamu ke rumah Allah bersama jamaah lainnya pada Kelompok Terbang (Kloter) 9 BTH. Kloter yang berisikan mayoritas jemaah Kota Pekanbaru ini diberangkatkan dari Embarkasi Haji Antara (EHA) Riau pada tanggal 28 Mei 2023 pukul 21.55 take off menuju Batam dan pukul 04.10 WIB diberangkatkan pada tanggal 29 Mei 2023 menuju Bandara Internasional Pangeran Mohammad Bin Abdul Aziz.
Jemaah haji Indonesia gelombang pertama diberi kesempatan untuk melakukan ibadah arbain atau salat wajib sebanyak 40 kali berturut–turut terlebih dahulu selama delapan hari atau sembilan hari di Masjid Nabawi Madinah sebelum ke Kota Makkah. Pelaksanaan Arbain didasarkan pada Hadis Nabi SAW dari Anas bin Malik, “Barang siapa salat di masjidku (Nabi Muhammad SAW) 40 salat tanpa ada yang ketinggalan, maka dia dicatat bebas dari neraka, keselamatan dari siksaan dan bebas dari kemunafikan”. (HR Turmudzi).
Selain dapat merengkuh pahala dengan salat di Masjid Nabawi, jemaah haji dan umrah juga dapat berdoa di Raudah. Letak Raudah itu sendiri dijelaskan oleh Nabi SAW. “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga.” (HR. Bukhari dan Muslim). “Saat ini rumah Nabi SAW itu menjadi tempat di mana beliau dimakamkan,” ungkapnya.
Mulai dari keberangkatan di Tanah Air sampai berada di Kota Nabi, semua fasilitas dan layanan didapat oleh jemaah haji dengan baik. Meskipun begitu sudah tentu ada plus dan minusnya terlebih pelaksanaan penyelenggaraan haji tahun ini merupakan tahun kedua setelah pandemi Covid-19.
Denny Angke mengatakan sangat berterima kasih kepada pemerintah atas layanan yang diberikan pada pelaksanaan ibadah haji kali ini. Selama di Madinah, pemondokan Kloter 9 BTH berada dekat dengan Masjid Nabawi sehingga memudahkan untuk melaksanakan arbain.
“Alhamdulillah, layanan terhadap jamaah calon haji selama di Madinah sangat baik. Hotel kloter 9 sangat dekat dengan Masjid Nabawi sehingga memudahkan jamaah untuk melaksanakan program arbain,” ungkapnya.
Selain dekatnya hotel dengan Masjid Nabawi, Denny sebagai salah seorang jemaah juga merasakan layanan konsumsi yang tepat waktu dan sesuai dengan selera jamaah haji Indonesia.
“Selama di Madinah, jemaah mendapatkan tiga kali makan yaitu sarapan, makan siang dan malam. Jadwal pengambilan makanan juga sangat disiplin sehingga jemaah tak pernah telat untuk memenuhi kebutuhan perutnya,” tambahnya
Namun begitu menurut Denny masih terdapat kekurangan yang perlu diperhatikan untuk penyelenggaraan berikutnya. Seperti fasilitas lift hotel yang tidak cukup untuk melayani lalu lintas jemaah haji.
“Lift tidak cukup untuk melayani lalu lintas jamaah untuk pergi dan kembali dari melaksanakan salat sehingga waktu jamaah terbuang percuma menunggu antrian di lift,” ujarnya.
Sedangkan keluhan lainnya jemaah selama di Kota Madinah adalah pada layanan kesehatan yang kurang maksimal.
“Layanan kesehatan yang kurang maksimal. Keluhan jemaah tidak direspon dengan cepat. Obat-obatan juga terbatas,” tuturnya.
Denny juga mengatakan, layanan haji di Kota Makkah lebih baik daripada di Kota Madinah. Transportasi dari Madinah menuju Makkah juga baik. Demikian juga layanan makanan dan kesehatan di Makkah lebih baik dibandingkan selama di Madinah. Respon petugas maktab dinilai sangat baik dan cepat. Layanan bus solawat juga baik sehingga memudahkan jemaah untuk beribadah di Masjidilharam.
“Bimbingan ibadah juga dijalankan dengan baik,” tambahnya.
Ke depan Denny berharap penyelenggaraan ibadah haji labih baik lagi, berkualitas, dan ramah.(ilo)