JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan terus mengalami pelemahan seiring dengan meningkatnya permintaan dolar.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, laju rupiah yang pergerakannya kembali ke periode Agustus 2018, tampaknya kembali melemah.
Masih adanya imbas dari pernyataan The Fed di mana dimungkinkan untuk kembali menaikan tingkat suku bunganya membuat pergerakan dari dolar AS kembali meningkat. “Di perkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 14.840-14.785,” ujarnya Selasa (13/11).
Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya aksi beli pada surat utang pemerintah AS. Menurutnya, di sisi lain, peningkatan permintaan akan dolar AS pun turut didorong oleh aksi lepas EUR dan GBP oleh pelaku pasar seiring belum adanya kepastian terhadap kesepakatan Brexit dan masih adanya reaksi negatif pelaku pasar terhadap rilis pertumbuhan Cina sebelumnya yang menunjukan perlambatan.
“Bahkan masih adanya sentimen positif dari dalam negeri juga tidak banyak berimbas pada rupiah,” tuturnya.
Reza menuturkan, beberapa sentimen positif tersebut di antaranya penilaian BI terhadap defisit neraca transaksi berjalan yang masih aman meski pada pada Q3-18 tercatat 3,37 persen di atas Q2-18 sebesar 3,02 persen dari PDB rencana pemerintah untuk mengeluarkan sejumlah sektor dari daftar negatif investasi untuk menarik investasi masuk ke Indonesia dan lainnya.
“Namun demikian, diharapkan pelemahan tersebut dapat lebih terbatas. Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah,” ujarnya.(mys/jpg)