JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Potensi ekonomi maritim di Indonesia sangat besar. Pada 2020 saja, nilainya mencapai Rp1.212 triliun. Angka itu berkontribusi sekitar 11,31 persen dari PDB nasional.
Komite Investasi Kementerian Investasi/BKPM Anggawira menuturkan, kondisi tersebut masih mampu dimaksimalkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam ekosistem ekonomi maritim adalah rantai pasok logistik. Pelabuhan menjadi hub utama dalam aktivitas perdagangan.
''Kalau dilihat, pelabuhan dan ekosistemnya saat ini jangan hanya terpusat di Jakarta seperti Priok, tapi harus mampu menyebar. Minimal di daerah sekitar Jakarta untuk menopang akselerasi kegiatan ekonomi,'' ujar Anggawira kemarin.
Chief Executive Officer Krakatau International Port (KIP) Akbar Djohan menyampaikan, rantai pasok logistik harus menjadi satu ekosistem yang tidak bisa dipisahkan. ''Harus terintegrasi, kapasitasnya besar, dan fasilitas mumpuni,'' tuturnya.
Menurut dia, potensi ekonomi maritim itu harus dijawab dengan berbagai inovasi. Akbar menyatakan bahwa KIP saat ini sangat siap menjadi pelabuhan hub energi di Banten dan sekitarnya. ''Karena Banten memiliki tujuh PLTU dan beberapa proyek strategis nasional di bidang energi sehingga mampu bekerja sama dengan PLN ke depannya untuk subsidi keperluan batu bara di PLTU-PLTU di Banten dan sekitarnya,'' jelasnya.
Akbar menegaskan, membangun ekonomi maritim ini tidak bisa dilakukan sendiri. Harus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Baik pemerintah, BUMN, maupun swasta. Tujuannya, mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dan mengantisipasi resesi global pada tahun depan.
Dari sisi pelaku usaha, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menyatakan, para penyedia jasa logistik harus bisa memberikan layanan yang cepat, tepat, akurat, modern, terintegrasi, serta kualitas layanan yang efektif dan efisien. ''Karena itu, program seperti sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sangat penting. Mengingat, pelayanan jasa logistik sangat dipengaruhi kapasitas dan kompetensi SDM di industri ini,'' katanya.
Sebanyak 3.887 pelaku jasa transportasi dan logistik Indonesia telah mendapat sertifikat kompetensi dari RI. Uji kompetensi ini dilakukan sejak 2015. (agf/c14/dio/jpg)