JAKARTA (RIAUPOS.CO) - REALISASI investasi sejak Januari–September 2022 terus mencatatkan tren positif. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, selama sembilan bulan investasi mencapai Rp892,4 triliun.
Jumlah itu sudah mencapai 74,4 persen dari target investasi yang dicanangkan Presiden Joko Widodo tahun ini sebesar Rp1.200 triliun. Capaian Januari–September membuat Bahlil optimistis target akan bisa dicapai.
Jika diperinci, realisasi investasi Rp892,4 triliun terbagi dalam penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp479,3 triliun (53,7 persen) dan penanaman modal dalam negeri Rp413,1 triliun (46,3 persen).
Bahlil menyatakan, saat ini iklim investasi di RI cukup menjadi primadona. Salah satu pemicunya adalah stabilitas politik dan kepercayaan investor. "Republik ini seperti wanita cantik yang lagi disukai sama investor asing untuk membangun di Indonesia," kata mantan Ketum Hipmi itu pada konferensi pers, Senin (24/10).
Lima sektor terbesar dari gabungan PMA dan PMDN adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya dengan nilai investasi Rp131,8 triliun (14,8 persen); transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp97,6 triliun (10,9 persen); pertambangan mencapai Rp96,5 triliun (10,8 persen); perumahan, kawasan industri, dan perkantoran tercatat Rp80,5 triliun (9,0 persen) serta listrik, gas, dan air Rp68,6 triliun (7,7 persen).
Data lima sektor kontributor terbesar itu disebut Bahlil sebagai cerminan bahwa pemerintah tidak lagi semata-mata fokus pada sektor jasa, tetapi justru sudah membangun hilirisasi. Itu terbukti dari bergeliatnya hilirisasi sektor pertambangan.
Secara geografis, wilayah luar Pulau Jawa unggul dengan raihan Rp166,3 triliun atau porsinya mencapai 54 persen. Sementara itu, Jawa mencatat investasi Rp141,6 triliun atau 46 persen. "Ini semua dalam rangka memberikan keadilan," tambahnya.
Khusus kuartal III, realisasi investasi mencapai Rp307,8 triliun. Angka itu adalah rekor baru dalam satu dekade terakhir. Realisasi investasi itu mengalami pertumbuhan sebesar 42,1 persen YoY. Jumlah itu didominasi PMA Rp168,9 triliun (tumbuh 63,6 persen).
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, investasi langsung terus meningkat di kuartal III 2022. Sebagian besar didorong PMA. Bahkan mencetak rekor tertinggi. Singapura menjadi investor terbesar senilai 3,8 miliar dolar AS. Memiliki porsi 32,5 persen dari total FDI. Kemudian, diikuti Cina dengan 1,6 miliar dolar AS dan Jepang sebesar 1 miliar dolar AS. "Itu adalah kenaikan terbesar dalam dekade terakhir. Investasi diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022," ucapnya kepada JPG.
Seiring dengan permintaan domestik yang terus menguat dan membaiknya mobilitas masyarakat, lanjut Faisal, investasi diperkirakan akan melanjutkan siklus kenaikan. Dia melihat bahwa agenda reformasi struktural dan birokrasi dapat memberikan manfaat bagi investasi di sektor-sektor berpengganda output tinggi. Sebagaimana sektor manufaktur dan konstruksi. "Secara keseluruhan, kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,17 persen pada 2022, dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh sebesar 4 persen sampai 5 persen," pungkasnya.(dee/han/c12/dio/esi)
Laporan JPG, Jakarta