JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Densus 88 Anti Teror menangkap empat terduga teroris secara berantai Sabtu (11/7) di Sukoharjo dan Semarang Jawa Tengah. Selain terhubung dengan penyerangan Wakapolres Karanganyar, kelompok ini juga berencana menyerang kantor polisi di Lampung.
Kadivhumas Polri Irjen Argo Yuwono menuturkan bahwa awalnya ditangkap seorang terduga teroris berinisial MJI alias IA. Penangkapan dilakukan di Sukoharjo pada Jumat (11/7). Saat ditangkap ternyata IA melakukan perlawanan.
"Yang bersangkutan menggunakan senjata tajam menyerang petugas," urainya.
Petugas lantas melumpuhkan yang bersangkutan dengan tembakan terarah dan terukur. Terduga teroris itu lantas dilarikan ke rumah sakit dr Karyadi, Semarang. "Pada Sabtu sore, yang bersangkutan meninggal di rumah sakit," jelasnya.
IA diduga terhubung dengan aksi penyerangan Wakapolres Karanganyar yang dilakukan Karyono Widodo beberapa waktu lalu. Keduanya merencanakan aksi yang menyasar petugas kepolisian. "Itu hubungannya," paparnya.
Lalu, pasukan berlambang burung hantu juga menangkap tiga terduga teroris lainnya. Yakni, IS, Y dan W. IS ditangkap di Semarang pada Sabtu, dua hari lalu. "IS adalah perempuan yang mengikuti kelompok teror. Terafiliasi dengan ISIS," Jelasnya.
Untuk Y merupakan warga Boyolali yang berprofesi sebagai pedagang ikan. Lalu, W bekerja sebagai tukang ojek online. "Ketiganya ditahan dan saat ini dilakukan penyidikan," papar mantan Kabidhumas Polda Jatim tersebut.
Dari keterangan tersangka, diketahui bahwa kelompok ini terhubung dengan kelompok lain di Lampung. Yang berencana melakukan aksi teror meledakkan kantor kepolisian. "Mereka Sedang mempersiapkan ya," paparnya.
Sementara Pengamat Teroris Al Chaidar menuturkan, kelompok teroris justru memandang kondisi pandemik semacam ini merupakan anugerah. Mereka menganggap ada tentara dari Tuhan yang ikut membantu.
"Maka mereka terus melakukan aksi teror," paparnya.
Saat ini anggota dan simpatisan kelompok terorisme masih ada, namun jumlahnya terus berkurang. Dari yang dulu sekitar 30 ribu orang menyusut menjadi setengahnya. "Maka, potensi aksi teror masih terus ada," jelasnya.
Karena itu dia berharap Densus 88 Anti Teror dan Badan Nasional Penanggulanan Teror (BNPT) tidak mengendorkan aktivitasnya. Sehingga, upaya pemberantasan serta deradikalisasi bisa berjalan beriringan.
"Agar terus menggerus jumlah anggota dan simpatisan kelompok teroris," jelasnya dihubungi Jawa Pos (JPG), kemarin.(idr/jpg)