HAJI 2019

Hujan Lebat setelah Khutbah Wukuf

Nasional | Minggu, 11 Agustus 2019 - 15:42 WIB

Hujan Lebat setelah Khutbah Wukuf
Seorang jamaah haji Indonesia berdoa di bawah hujan yang mengguyur Padang Arafah, Sabtu (10/8/2019) sore waktu setempat. (PPIH ARAB SAUDI FOR JAWA POS)

(RIAUPOS.CO) -- Lebih dari 2 juta umat muslim berkumpul di Padang Arafah, Sabtu (10/8). Mereka menjalani wukuf yang dimulai sejak tergelincirnya matahari hingga menjelang Magrib. Selama waktu yang disebut sebagai puncak ibadah haji itu, jamaah melakukan refleksi diri dan berdoa sekhusyuk-khusyuknya. Sekaligus memaknai ibadah haji sebagai kesetaraan dan persatuan umat.

Untuk jamaah Indonesia, ada dua tenda besar yang disiapkan sebagai masjid. Naib (wakil) Amirulhaj Bunyamin Ruhiyat bertugas memberikan khutbah. Kiai yang juga merupakan pemimpin Pesantren Cipasung tersebut mengawalinya dengan bacaan talbiah. Jamaah yang lokasi tendanya tidak jauh dari tenda masjid utama mendekat untuk mengikuti khutbah itu, sementara yang lainnya menjalankan ibadah dan berdoa di tenda masing-masing.
Baca Juga :JCH Lansia 2024 Mencapai 46 Ribu

Menteri Agama sekaligus Amirulhaj Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan syukur karena jumlah jamaah Indonesia yang sakit untuk sementara ini menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Dia mencontohkan, jamaah yang mengikuti safari wukuf tercatat hanya 65 orang. Bandingkan dengan tahun lalu yang mencapai lebih dari 360 orang.

Selain itu, ada 111 jamaah badal haji karena wafat dan 119 jamaah badal haji karena sakit. Jamaah badal sakit secara medis kondisinya tidak memungkinkan dibawa ke Arafah meskipun dengan menggunakan ambulans atau bus khusus. "Dalam banyak hal, banyak kemajuan dibanding (penyelenggaraan haji, red) tahun lalu," katanya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kemenkes Eka Jusuf Singka melakukan pengecekan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Arafah. Dia menjelaskan, sejak dibuka pada Jumat malam (9/8), ada 59 orang yang dirawat di klinik berkapasitas 50 tempat tidur tersebut. "Tahun lalu 70 jamaah," tuturnya.

Mereka umumnya masuk KKHI Arafah karena dehidrasi. Akibatnya, penyakit bawaan dari tanah air menjadi lebih buruk. Misalnya, penyakit darah tinggi atau kencing manis. Untuk itu, beberapa jam sebelum wukuf, jamaah diingatkan untuk mengurangi aktivitas di luar tenda. Imbauan tersebut disampaikan lewat pengeras suara. Apalagi, suhu terus beranjak naik. Dari 33 derajat Celsius saat pagi menjadi 39 derajat Celsius pada pukul 13.00 WAS.

Setelah selesai khutbah, terjadi anomali cuaca. Yang sebelumnya panas mendadak mendung. Sekitar pukul 15.00 WAS (19.00 WIB) turun hujan lebat. Hujan disertai embusan angin tersebut mengguyur lumayan kencang. Selain itu, guntur menggelegar bersahutan. Kondisi lampu di tenda petugas haji mati karena aliran listrik padam. Tenda tersebut terbuat dari plastik dengan rangka baja ringan sehingga cukup kuat menahan embusan angin. Hujan turun hampir bersamaan dengan pengiriman petugas haji gelombang pertama menuju Muzdalifah.

Setelah selesai wukuf, jamaah menjalani fase rangkaian haji berikutnya. Mulai mabit di Muzdalifah dan Mina; melontar jumrah Aqabah, Ula, dan Wusto; hingga tawaf dan sai di Masjidilharam.

Pemulangan jamaah haji gelombang pertama menuju tanah air akan dimulai 17 Agustus. Selanjutnya, jamaah haji gelombang kedua diberangkatkan ke Madinah mulai 20 Agustus. Jamaah gelombang kedua pulang ke tanah air dari Madinah pada 30 Agustus. Proses pemulangan berakhir sampai 16 September.

Sementara itu, di antara kerumunan jamaah haji tahun ini, terdapat sekitar 200 warga Christchurch, Selandia Baru. Mereka merupakan survivor, keluarga, atau para penduduk muslim wilayah tersebut yang selamat dari teror penembakan di masjid pada 15 Maret lalu. Kerajaan Arab Saudi mengundang mereka untuk berhaji secara gratis sebagai bentuk solidaritas umat beragama Islam. "Ini adalah cara kami untuk melawan dan mengalahkan terorisme," ujar Menteri Urusan Agama Islam Arab Saudi Abdulaziz Al Sheikh kepada CNN.

Salah seorang di antara mereka adalah Maryam Gul. Dia bahagia bisa berhaji, namun juga bersedih. Orang tuanya, termasuk saudara laki-lakinya, terbunuh dalam aksi penembakan itu. Sendirian, perempuan 31 tahun tersebut menyembuhkan hatinya dengan melihat Kakbah. "Ini adalah simbol perdamaian. Simbol dari Tuhan," ungkapnya.(jpg)

Sumber: Jawapos.com









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook