FENOMENA ALAM

Enam Gunung Meletus Bersamaan, Ahli: Hal yang Biasa

Nasional | Sabtu, 11 April 2020 - 22:32 WIB

Enam Gunung Meletus Bersamaan, Ahli: Hal yang Biasa
Gunung tertinggi di Sumatra, Kerinci, terlihat dari Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, beberapa waktu yang lalu. (JPNN)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Fenomena letusan enam gunung api di Indonesia dalam waktu hampir bersamaan hari Sabtu (11/4/2020) hanyalah sebuah kebetulan. Tidak ada keterkaitan antar sesama gunung dalam fenomena itu. 

Hal itu dijelaskan ahli vulkanologi sekaligus Mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono.


Sebelumnya, situs Magma ESDM menyebutkan enam gunung di Indonesia yaitu Gunung Kerinci (Sumatera), Gunung Krakatau (Selat Sunda), Gunung Merapi dan Semeru (Pulau Jawa), serta Gunung Ibu dan Dukono (Maluku) meletus dalam waktu yang hampir bersamaan, Sabtu (11/4) jelang subuh.

"Menurut saya tidak ada kaitannya, dan bisa diartikan hanya kebetulan saja," kata Surono.

Surono mengatakan letusan satu gunung tak akan mempengaruhi gunung di sekitarnya untuk "ikut" meletus. Ia menekankan meletusnya gunung api memiliki mekanismenya yang berbeda-beda, sekalipun berada pada cincin api yang sama.

"Pada dasarnya gunung merapi itu tidak seperti virus menular, satu meletus dan satunya ketularan. Itu semua tergantung mekanismenya sendiri-sendiri. Merapi kemarin meletus apa memicu Krakatau? Jauh-jauh amat, kalau memang mau menular ya Semeru saja lebih dekat," ungkap dia.

"Kemudian terkait satu cincin api, itu memang sumber sama pembentuk magmanya sama. Tapi bukan berarti satu gunung meletus, kena semua. Ya tidak. 2010 contoh yang meletus  Merapi saja. Lalu 2014 itu Gunung Kelud, sudah itu saja," kata Surono.

Ia juga mengatakan letusan-letusan gunung yang terjadi beberapa hari terakhir tidak perlu membuat panik masyarakat. Bagi Surono hal itu wajar, sebab tingkat letusan tak membahayakan.

Surono memberi contoh letusan Gunung Anak Krakatau. Jika pun meletus itu hanya berupa letupan kecil agar gunung tersebut tumbuh menjadi besar.

Hanya saja, menurut dia yang harus diwaspadai bukan letusan Gunung Anak Krakatau melainkan longsoran karena jika jatuh ke laut berpotensi tsunami seperti yang terjadi pada 2018 silam.

"Jadi itu gunung api kecil, supaya dia besar ya dia harus meletus. Untuk membangun tubuh gunung api ya lewat material letusan ya, paling tinggi letusannya 1000 meter. Dan lebih banyak material jatuh di tubuhnya supaya gunungnya tambah besar. Tapi ini di luar tsunami ya, karena kalau itu beda, itu longsoran," kata dia.

Lebih lanjut, ia menambahkan dari pengamatannya gunung api Indonesia beberapa waktu terakhir ini beraktivitas normal dan tenang.

"So far so good-lah, dan menurut saya ini saat masa tenang gunung api, tidak perlu dicurigai. Seperti Semeru gitu aja, Merapi juga meletus paling di bawah 5 kilo (tinggi letusan), ancaman abu tergantung tiupan angin. Krakatau letusan juga hanya begitu, kecuali ada longsoran. Kerinci dan Merapi juga gitu saja," kata Surono. 

Sumber: Antara/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook