JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa (Ramadan), Idulfitri, sampai Iduladha tahun ini atau 1441 Hijriyah. Sementara pemerintah masih menunggu sidang isbat yang nantinya digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag).
Analisa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan awal puasa, Idulfitri, dan Iduladha tahun ini kompak.
Merujuk pada Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang beredar Sabtu (7/3) lalu, awal puasa atau 1 Ramadan jatuh pada Jumat, 24 April. Hasil hisab atau penghitungan mereka, tinggi hilal atau bulan muda pada 23 April mencapai tiga derajat di atas ufuk.
Kemudian Muhammadiyah juga menetapkan bahwa 1 Syawal atau Idulfitri jatuh pada Ahad, 24 Mei. Dasarnya adalah perhitungan hisab yang menunjukkan tinggi hilal mencapai 6 derajat pada Sabtu, 23 Mei. Lalu Muhammadiyah menetapkan Iduladha (10 Zulhijah) jatuh pada Jumat, 31 Juli. Dasarnya tinggi hilal pada 21 Juli mencapai tujuh derajat di atas ufuk, sehingga 1 Zulhijah jatuh pada 22 Juli.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menuturkan Muhammadiyah menggunakan acuan hisab untuk menetapkan tanggal-tanggal penting dalam kelender hijriyah. Termasuk penetapan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan Iduladha. Sementara Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan pengamatan hilal secara langsung atau biasa disebut rukyat. Tinggi hilal yang sangat memungkinkan untuk diamati saat rukyat minimal 2 derejat. Sementara dari hasil hisab Muhammadiyah itu, tinggal hilal lebih dari dua derajat semuanya. "Dengan kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah dan kriteria tinggi bulan dua derajat yang digunakan NU dan pemerintah, awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha in sya Allah seragam," katanya kemarin.
Staf Ahli sekaligus Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Oman Fathurrahman mengatakan tidak apa-apa Muhammadiyah mengeluarkan keputusan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha lebih dahulu daripada pemerintah.
"Kan Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang dimungkinkan (keluar lebih dahulu, red). Ini bagian dari keragaman keberagaman muslim di Indonesia," jelas guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Menurut Oman, Ramadan dan Idulfitri kan ritual rutin umat Islam. Menurut dia dalam penentuan awal Ramadan maupun 1 Syawal umat Islam di Indonesia sudah terbiasa menghadapi perbedaan. Sebab menurut dia perbedaan itu memang dimungkinkan oleh fikih Islam yang berlaku.
"Hal terpenting adalah kita perlu saling menghormati perbedaan itu," katanya.
Dia mengatakan seperti biasanya, Kemenag akan menggelar sidang isbat dalam menentukan 1 Ramadan atau 1 Syawal dan hari-hari penting lainnya. Pada gelaran isbat tersebut, Kemenag akan mengundang perwakilan sejumlah ormas Islam yang ada di Indonesia.(wan/jpg)