Urgen, Wiranto Rapat Dadakan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengakui kondisi di Mako Brimob pascakericuhan terjadi sudah masuk kategori genting. ”Ya kalau sudah ada yang terbunuh ya urgen,” kata dia tegas.
Tapi, dia tidak menjelaskan secara terperinci kondisi dan situasi di markas satuan khusus Polri tersebut. Mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) itu menyampaikan bahwa dirinya tidak bisa gegabah bicara. ”Masalah begini kan nggak bisa saya ekspose. Kalau sudah selesai baru kami ekspos,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia pun menuturkan, insiden yang terjadi di Mako Brimob merupakan persoalan yang harus diselesaikan dengan sangat hati-hati dan sungguh-sungguh. Sebab, sambung Wiranto, persoalan itu sudah berkaitan dengan masalah keamanan nasional.
”Menyangkut bagaimana kami mengatasi sesuatu dengan cara yang baik dan benar berdasarkan hukum, dan tuntas,” terang dia. Selama ini, pejabat asal Jogjakarta itu termasuk yang aktif mengawal isu terorisme. Dalam sejumlah kunjungan kerja ke luar negeri, dia kerap kali membahas masalah tersebut.
Termasuk di antaranya soal cara yang dilakukan Indonesia untuk menangani persoalan terorisme. Tidak heran, insiden di Mako Brimob menjadi pukulan yang cukup telak. Karena itu, bukan sekadar melaksanakan rakor, kemarin Wiranto membawa serta pejabat teras yang hadir dalam rapat bersama dirinya ke Mako Brimob.
Lantaran kondisi dan situasi dinilai genting, mereka bahkan memilih memakai helikopter untuk bertolak dari Monas. Hingga pukul 19.00 malam tadi, Wiranto bersama sejumlah pejabat teras lainnya masih berada di Mako Brimob.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini polisi dapat menyelesaikan kerusuhan di Rutan Mako Brimob yang melibatkan napi teroris. Apalagi lokasi kerusuhan itu juga berada di markas pasukan khusus polisi.
“Di situ tempatnya pasukan khusus. Gegana, Brimob kan pasukan khusus kan,” ujar JK di Kantor Wakil Presiden, kemarin (9/5).
Sedangkan perlu tidaknya pasukan khusus dari TNI untuk membantu menangani kerusuhan itu sepenuhnya diserahkan kepada petugas di lapangan. JK yang berulang kali terlibat dalam proses perdamaian konflik di Ambon, Poso, dan Aceh itu menilai keributan tersebut juga bukan langsung dipicu oleh masalah-masalah yang selama ini identik dengan para teroris. Dia menyebut, kemungkinan ada masalah lain yang membuat para napi berulah. ”Memang kalau teroris gabung jadi satu dia bikin universitas (berkumpul dan belajar, red). Kalau dipecah-pecah bikin virus, ya kan,” ungkap JK.