JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Hubungan investasi antara Indonesia dan Cina diproyeksikan akan terus meningkat ke depannya. Baik pelaku usaha maupun pengamat optimistis bahwa banyak sektor strategis yang bisa dijajaki dua negara, seperti sektor transportasi dan infrastruktur.
Kedatangan Perdana Menteri dan delegasi bisnis Cina 6-8 Mei mendatang juga dianggap momentum yang baik untuk mendorong kemitraan.
Berdasarkan data realisasi investasi kuartal pertama 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Cina menempati peringkat keempat dengan total investasi 676,2 juta dolar Amerika Serikat (AS). Secara peringkat, Cina memang turun satu peringkat dari posisi ketiga menjadi keempat. Tapi, BKPM menyebutkan, secara besaran dan presentase investasi naik sekitar 0,7 miliar dolar AS atau sekitar 8,3 persen dibanding kuartal pertama tahun lalu.
”Sebenarnya bukan penurunan, karena ada beberapa investasi yang baru realisasi di kuartal berikutnya. Tapi, pada dasarnya investasi Cina yang masuk ke Indonesia akan terus bertambah,” ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani, Sabtu(5/5).
Sektor infrastruktur dan transportasi dipercaya pengusaha dapat menjadi sektor yang diandalkan untuk kerja sama kedua negara. Jika mengacu pada data BKPM, sektor transportasi dan konstruksi pada Penanaman Modal Asing (PMA) memang menunjukan angka yang signifikan. Yakni, di angka 327,9 juta dolar AS untuk sektor transportasi dan 46,8 juta dolar AS di sektor konstruksi.
”Dengan masuknya Indonesia ke negara yang mendapatkan fasilitas BRI atau Belt Boad Initiatives, proyek-proyek infrastruktur akan semakin banyak. Cina juga berpotensi membidik empat area potensial lain yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara dan Bali,” beber Shinta.
Shinta pun mengatakan bahwa kunjungan Perdana Menteri dan delegasi bisnis Cina akan menjadi momentum yang baik untuk terus mendorong kemitraaan antara perusahaan Cina dan Indonesia. Kerja sama-kerja sama strategis yang dijalin diharapkan mampu mempersempit defisit neraca dagang kedua negara. Apalagi, menurut pelaku usaha, Indonesia dalam dua tahun terakhir sudah berhasil memperkecil defisit dagang dengan Cina hingga 11,63 persen.(agf/ttg/jpg)