JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kloter pertama jemaah calon haji (JCH) Indonesia berhasil mendarat dengan lancar di Madinah kemarin (4/6). Kloter perdana itu berasal dari embarkasi Solo (SOC) yang berisi 358 orang jemaah.
Kedatangan JCH dari embarkasi Solo tersebut disambut pejabat Arab Saudi serta perwakilan Indonesia di sana. Mereka antara lain Deputi Urusan Ziarah Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi Abdurrahman Al Bejawi serta Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Abdul Azis Ahmad. "Saya merasakan bahagia dan haru," kata Azis. Dia mengaku merasakan betul kegembiraan para jemaah. Apalagi, para JCH itu sempat tertunda berangkat dua tahun karena pandemi Covid-19.
Azis mengingatkan jemaah untuk tetap menjaga kesehatan selama di Saudi. Termasuk mematuhi protokol kesehatan. Meskipun pandemi Covid-19 mulai reda, jemaah harus tetap waspada. Jemaah juga harus mengantisipasi dampak cuaca yang cukup panas. "Jangan lupa minum dan makan," tuturnya.
Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Eko Hartono mengatakan, selama di Madinah, jemaah akan menjalankan ibadah arbain, yaitu salat wajib 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi. Dengan demikian, masa tinggal jemaah di Madinah paling lama sembilan hari. Setelah itu jemaah berangkat ke Makkah untuk menjalani rangkaian ibadah haji. Diawali dengan menjalankan umrah sampai nanti puncak ibadah haji di Arafah.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara, Haryanto, mengatakan, ada empat tahapan yang dilalui jemaah ketika mendarat di bandara Madinah. Pertama, jemaah melewati pemeriksaan di imigrasi dan pengecekan barang. Kemudian, jemaah memasuki terminal haji. Lalu beristirahat sejenak di paviliun bandara hingga satu kloter selesai pemeriksaan semuanya. "Tahapan akhir, jemaah dibawa ke hotel di Madinah. Perjalanan menuju Madinah sekitar 30 menit," kata dia.
Sementara itu, di tanah air, pada Sabtu (4/6) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, dilakukan seremoni pelepasan jemaah haji di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Kepala Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana menyampaikan beberapa hal untuk jemaah yang masih di rumah. Dia menyarankan agar JCH yang belum ke asrama haji membatasi aktivitas di luar rumah. Termasuk menghindari kerumunan. "Sehingga tidak tertular Covid-19 agar PCR-nya nanti bisa negatif," katanya.
Budi menyampaikan, ada lima JCH di pemberangkatan hari pertama kemarin yang hasil PCR-nya positif. Mereka otomatis tidak bisa masuk asrama haji meskipun visa hajinya sudah keluar. Kursi jemaah yang positif Covid-19 itu diisi JCH di daftar cadangan.
Pada hari kelima, JCH yang positif tersebut menjalani swab PCR kembali. Jika hasilnya negatif, ada peluang untuk diberangkatkan. Dengan catatan, masih terdapat seat atau kursi kosong di kloter belakangnya. Untuk urusan teknis ini, jelas Budi, Kemenkes selalu berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag).
Budi juga mengingatkan, cuaca di Saudi saat ini cukup panas. Di kisaran 42 derajat Celsius. Selain itu, kelembapan udaranya sangat rendah. Sehingga membuat keringat yang keluar dari tubuh cepat mengering. Akibatnya, jemaah tidak merasa keluar keringat. Tetapi tiba-tiba lemas bahkan sampai dehidrasi. "Kami melakukan kampanye minum jangan tunggu haus," ucapnya.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief juga berpesan soal kesehatan. Setiba di Saudi, jemaah yang sakit atau memiliki kondisi tertentu sebaiknya memperbanyak istirahat di hotel. Tidak perlu memaksakan diri melakukan ibadah. "Sehingga bisa sehat sampai nanti wukuf di Arafah dan ibadah di Mina," tuturnya.
Di dalam pesawat menjelang keberangkatan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpesan supaya jemaah meluruskan niat. Jemaah terbang ke Saudi untuk berhaji, menyempurnakan rukun Islam. "Niat kita ke Tanah Suci untuk ibadah. Tidak ada niat lain-lain," pesannya.
Karena niat utamanya adalah ibadah, CJH diminta membatasi kegiatan di luar ibadah. Kegiatan-kegiatan di luar ibadah cukup dilakukan seperlunya saja. Sehingga ketahanan fisik tetap prima dan lancar menjalankan syarat serta rukun haji. Yaqut mengingatkan jemaah untuk tidak segan-segan meminta bantuan petugas haji Indonesia. Keberadaan petugas haji cukup mudah dikenali karena dibekali seragam khusus.
Saat pelepasan, sejumlah jemaah tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia. Misalnya yang disampaikan Jamaludin bin Jaman, jemaah 53 tahun asal Jakarta. Dia menyatakan bersyukur bisa berangkat setelah tertunda dua tahun. "Untuk persiapan, saya bawa masker banyak dan hand sanitizer," katanya. Selain itu, dia membawa sejumlah multivitamin.
Jamaludin sebelumnya sempat kecewa karena tidak bisa berhaji gara-gara pandemi pada 2020 dan 2021. Apalagi, dia sudah mendaftar sejak 2012. Tetapi, dia menyadari bahwa penundaan tersebut dilakukan karena ada pandemi serta pertimbangan keselamatan jemaah.
Mintoro Kusla, jemaah asal Pati, Jawa Tengah, bersyukur perjalanannya menuju Saudi lancar. "Alhamdulillah sudah mendarat," ucap pria 46 tahun tersebut. Dia mengaku terharu karena sebelumnya jadwal hajinya tertunda dua tahun. Selain itu, Mintoro merasa senang dengan sambutan yang sangat baik dari pemerintah Saudi kepada seluruh jemaah di kloternya.(wan/c9/oni/jpg)