JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf merespons kabar dugaan sekolah Internasional di kawasan Jabodetabek yang mendukung dan memfasilitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Ia meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menegur sekolah tersebut.
"Betul, terutama harus bisa memahami dan menghormati local culture. Kemendikbudristek pun bisa melakukan fungsi pengawasan ini," kata Dede kepada JawaPos.com, Jumat (4/8/2023).
Politikus Partai Demokrat ini mengakui, beberapa sekolah internasional memang menerapkan aturan adanya kamar kecil bagi gender netral. Namun, seharusnya sekolah tersebut menghormati kebijakan di Indonesia.
"Kalau di dunia internasional memang kadang ditemui keterbukaan seperti itu, namun karena pendidikan ini di Indonesia, maka harus ikuti aturan yang berlaku di Indonesia. Kita tidak ada aturan soal gender netral. Jadi semua sekolah tetap harus ikuti aturan tersebut," tegas Dede.
Oleh karena itu, Dede meminta Kemendikbudristek menegur pemilik maupun pengawas sekolah tersebut. Hal penting, agar sekolah itu menaati kebijakan pendidikan di Indonesia.
"Tinggal harus didesak apa nama sekolah tersebut, dan minta pemilik/pengawas sekolah dari Disdik (Dinas Pendidikan) setempat untuk menegur," ucap Dede.
Sebelumnya, aktris Daniel Mananta menceritakan pengalamannya terkait salah satu sekolah internasional di Jabodetabek yang diduga mendukung dan memfasilitasi LGBT. Hal itu lantaran Daniel menemukan toilet 'gender netral' yang ada di sekolah tersebut.
Karena statusnya sebagai sekolah internasional, Daniel menganggap sekolah tersebut sudah terbuka dengan ‘woke agenda’ yang memang sedang gencar-gencarnya dipromosikan di Amerika.
“Ini anak saya nih umur 10 tahun dia lagi mau masuk sekolah gitu. Nah, kemarin kita bawa ke sebuah sekolah di Indonesia, kawasan Jabodetabek. Mungkin karena ini sekolahnya sekolah yang sudah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama yang namanya ‘woke agenda’,” ujar Daniel Mananta melansir dari akun YouTube Daniel Mananta Network pada Jumat (4/8).
‘Woke agenda’ sendiri adalah normalisasi identitas setiap individu berdasarkan apa yang mereka rasakan, bukan berdasarkan fakta biologis.
“Misalnya, identitas lu adalah adalah apa yang sedang lu rasakan, gitu. Kalau misalnya lu merasa sebagai seorang perempuan, ya berarti identitas lu adalah seorang perempuan,” tambah Daniel.
Menurut Daniel, orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan tentang seksualitas harusnya dimulai di rumah. Namun, banyak orang tua yang merasa malu dan akhirnya menyerahkan tempat ibadah atau sekolah yang mulai mengajarkan hal tersebut ke anak-anak mereka.
"Kadang-kadang kita mengharapkan udahlah biar sekolahan yang mengajarkan dia tentang seksualitas, biar agama atau tempat ibadahnya aja yang mengajarkan seksualitas, tapi sebagai orang tua justru gak berani ngajarin seksualitas karena awkward gitu," pungkas Daniel.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman