Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi

Nasional | Selasa, 04 Juli 2023 - 10:40 WIB

Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi
Gumpalan awan tampak di atas langit Kota Pekanbaru, beberapa waktu lalu. (MHD AKHWAN)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Berdasar jumlah zona musim (ZOM), sebanyak 56 persen wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau. Namun, meski begitu dari beberapa wilayah yang telah mengalami kemarau tersebut, dalam beberapa hari terakhir masih terdapat hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Hal tersebut di antaranya terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. “Potensi peningkatan hujan ini turut dipicu oleh beberapa faktor dinamika atmosfer,” ungkap Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Andri Ramdhani, Senin (3/7).


Dinamika atmosfer tersebut antara lain terjadinya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian utara. Kemudian, potensi sirkulasi angin di sekitar Laut Sulawesi yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di sekitar Indonesia bagian tengah. Lalu, dorongan massa udara dari wilayah selatan Indonesia yang juga dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

“Ketiga kondisi atmosfer ini juga cukup signifikan dalam memicu terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia untuk beberapa hari ke depan, khususnya untuk wilayah Jawa bagian timur, Kalimantan, dan Sulawesi,” jelas Andri.

Secara umum, lanjut Andri, untuk puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksikan terjadi pada periode Juli-Agustus. Yakni dengan wilayah zona musim paling banyak terjadi pada Agustus. Kemudian, untuk fenomena El Nino juga diprediksikan masih terjadi pada semester II tahun 2023 dengan kategori lemah hingga cenderung moderat.

Sementara itu, menghadapi ancaman El Nino, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, antisipasi penanganan bakal dilakukan secara lintas sektoral. Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan internal Kemenko PMK, kemudian kementerian dan lembaga terkait.

Sebagai informasi, tahun ini, fenomena El Nino terjadi mulai Juni dengan tahap lemah. El Nino diprediksi menguat mulai Juli dan bakal menyebabkan musim kemarau lebih kering dibanding tiga musim kemarau sebelumnya.  “Ini kan lintas kementerian. Banyak menteri di luar koordinasi Kemenko PMK, kan. Misalnya ada KLHK, KKP. Itu kan di luar PMK. Kita akan koordinasi antar Menko,” tuturnya.

Menurutnya, ada kemungkinan pemberian bantuan khusus oleh pemerintah pada masyarakat terdampak El Nino, khususnya petani. Sama seperti sebelumnya ketika bantuan diberikan untuk petani yang gagal panen akibat banjir. “Nanti sama, yang akibat kekeringan saya kira kita juga akan memohon beliau mengalokasikan bantuan juga. Subsidi semacam bantuan kerugian petani,” jelasnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri sudah memberikan peringatan pada menteri-menterinya untuk mewaspadai dampak dari El Nino tahun ini meski pemerintah juga telah melakukan langkah antisipasi. Seperti, membangun lebih dari 5 ribu embung dan 38 bendungan. Kewaspadaan ini juga menyangkut risiko kebakaran hutan yang kerap terjadi pada musim kemarau.(gih/mia/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook