JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pelaku usaha mulai cemas dengan pergerakan rupiah yang masih fluktuatif dan masih cenderung ada di level di atas Rp14.000. Saat ini mereka mengaku berupaya untuk tidak menaikkan harga-harga produk. Namun jika tren tersebut berlanjut dikhawatirkan dapat memaksa pengusaha untuk memangkas produksi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani mengungkapkan bahwa dengan adanya pelemahan rupiah, pasti akan ada peninjauan dari biaya produksi. ”Namun demikian tidak otomatis harga itu bisa dinaikkan mengikuti dari perkembangan bahan baku. Karena kita kan harus menyesuaikan dengan daya beli masyarakat,” ujar Hariyadi, Sabtu (2/6).
Namun jika pelemahan berlanjut, menurut Hariyadi, akan berpotensi menurunkan kapasitas produksi. ”Selama ini yang bisa dilakukan adalah mendesverifikasi produk. Misal kemasan dikecilkan atau pemindahan stok dari satu daerah ke daerah lain,” tambahnya.
Pelaku usaha pun berharap pelemahan Rupiah bisa mencapai titik keseimbangan baru. Sehingga pelaku usaha dan market dapat merespon dengan pasti. Lemahnya Rupiah mempengaruhi produksi sebagian besar sektor usaha.
Sebab, komponen bahan baku impor di sebagian besar jenis usaha. ”Hampir semua sektor mengalami impor, farmasi, otomotif, sektor kimia, semua sektor kita relatif besar komponen impornya,” bebernya.
Hariyadi menambahkan saat ini arus impor terutama dari Cina sudah menjadi lebih mudah dan lebih murah. Jika hal itu terus-terusan terjadi dalam jangka waktu panjang, pelaku usaha menganggap hal tersebut dapat berpengaruh pada ketahanan rupiah.(agf/jpg)