Gas Air Mata, Aturan FIFA, dan Duka

Nasional | Senin, 03 Oktober 2022 - 10:02 WIB

Gas Air Mata, Aturan FIFA, dan Duka
grafis (DOK RIAUPOS.CO)

MALANG (RIAUPOS.CO) - Sepakbola hilang marwahnya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) itu. Olahraga yang dinilai acap kali menjadi pemersatu dan menjadi harapan banyak anak muda itu, berubah menjadi bengis. Menunjukkan sisi paling kelam. 125 orang kemarin subuh berpulang usai laga Arema FC kontra Persebaya.

Jumlah yang bisa dibilang tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena jika merunut beberapa literasi angka itu menjadi salah satu tertinggi. Sebelumnya sepak bola yang merenggut banyak nyawa terjadi di Peru 1964 lalu.


Ketika itu, ada 300 orang meninggal dalam kerusuhan yang terjadi di Stadion Nasional Peru. Kemenangan Argentina atas tuan rumah menjadi pemicunya. Waktu itu gol Peru sempat dianulir di dua menit akhir pertandingan. Tapi dalam sepakbola sejatinya satu nyama yang hilang sudah terlalu banyak.

Tapi apa yang terjadi juga ibarat jatuh di lubang yang sama. Ini menjadi  insiden yang kedua di Stadion Kanjuruhan. Sebelumnya adalah pada 2018 lalu hal serupa terjadi. Bersyukur ketika tidak banyak korban yang berpulang.

Apa yang terjadi pada Sabtu malam yang kelam sejatinya sangat bisa untuk dihindari. Asalkan mau untuk lebih tenang, tidak cepat tersulut emosi, dan tanpa gas air mata. Upaya pengamanan benda tersebut benar-benar jahanam. Karena tidak menjadi solusi. Tapi, layaknya minyak yang bertemu dengan api.

Ya, kondisi di lapangan ketika itu semakin runyam pasca ditembakannya gas air mata ke wilayah tribun. Penonton panik, napasnya mulai sesak, dan matanya pedih. Celakanya, itu membuat mereka harus rela berdesak-desakan menyelamatkan diri dan keluar dari stadion. Kondisi itu membuat beberapa suporter jatuh, susah bernafas, sampai terinjak-injak.

"Yang kasihan melihat, para perempuan dan anak-anak kecil harus berdesakan," kenang Aditya Riztiawan yang kebetulan ketika ada di tribun tempat gas air mata ditembakan. Bagi dia sebagai orang asli Malang melihat Arema sejak kecil apa yang terjadi malam itu menjadi tragedi yang paling parah.

Sampai-sampai membuatnya terkena mental dengan banyaknya suporter harus susah payah dan kesakitan akibat gas air mata. Menurutnya dalam peristiwa para pedagang juga terdampak lantaran harus menyelamatkan diri dan dagangnya.

Menurut aturannya sejatinya gas air mata dilarang digunakan saat di stadion. Ini karena salah satu faktornya adalah tribun stadion bukan tempat lapang. Akibatnya jika ditembakan malah membuat orang akan lebih banyak terkena benda itu.

Sedangkan dalam aturan  FIFA Stadium Safety dan Security Regulations penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan. Malah untuk di bawa ke stadion berdasarkan regulasi itu tidak diperkenankan.

Itu tertuang dalam pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan. Disebutkan, senjata api atau gas pengendali massa tidak boleh dibawa atau digunakan," tulis aturan FIFA. Karena ditembak Anda bisa menyimpulkan.

Perihal gas air mata yang ditembakan di Stadion Kanjuruhan pasca laga Arema FC kontra Persebaya, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menilai kalau sebelum penembakan gas air mata sudah dilakukan imbauan terlebih dahulu. "Suporter dan penonton itu begitu bringasnya. Sehingga sampai dikeluarkan gas air mata," kata pria punya dua bintang di pundaknya itu.

Menurut dia sejatinya tidak ada keinginan menembakkan gas air mata. Karena memang sebelumnya pengamanan gabungan berjalan dengan baik. Karena itu menurutnya langkah ke depan fokusnya adalah perawatan kepada korban. "Baru setelah itu kami melakukan investigasi. Supaya permasalahan cepat selesai," akunya.

Terpisah, perihal gagapnya penanganan di Stadion Kanjuruhan Sabtu malam itu, Ketua Panpel Arema FC Andul Haris menilai sudah dipersiapkan secara detail. Termasuk, potensi-potensi usai pertandingan. "Semua hal sudah diantisipasi. Karena harus segala siap dengan segala kondisi,"kata dia.

Dia menjelaskan kalau koordinasi pengamanan sudah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Mulai dari dilakukan rapat koordinasi dengan korwil Aremania, pihak keamanan dan matchsteward. Menurutnya yang dibahas planning membuat pengamanan berjalan lancar. "Umumnya yang dibahas saat rapat koordinasi adalah layout pengamanan dan jumlah personel dan cara bertindak penangan suporter," ungkapnya.

Lantas, kenapa masih terjadi penembakan gas air mata yang sebenarnya di larang di sepakbola. Apakah ada miskomunikasi antara panpel dan polisi? Saat ditanya hal tersebut dia memilih bungkam. Pesan dan telepon kepadanya selalu tidak terbalas.

Sementara itu, Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan dalam konferensi persnya bila pihaknya kini telah melakukan investigasi terkait insiden tersebut, termasuk di dalamnya soal siapa penembak gas air mata dan pemberi perintah.

"Kami akan mendalami SOP dan tahapan-tahapan yang dilakukan tim pengamanan pertandingan," terang dia. Hal ini dibuktikan dengan turut dibawanya Kadiv Propam Mabes Polri bersamanya kemarin. Turut dibawanya ke Malang ada penyidik dari Bareskrim Polri, Inafis, Puslabfor, dan Pusdokkes.

Dalam kata lain, semua langkah yang dilakukan pada hari-H kejadian akan diaudit penuh. Termasuk di dalamnya pengamanan kedua kesebelasan yang bertanding saat itu. Sayangnya, ia tidak membeberkan hasil sementara investigasi yang sudah berlangsung. Namun yang jelas, pihaknya masih melakukan pengumpulan data.

 "Langkah-langkah kami kumpulkan data dari TKP, termasuk CCTV untuk mengetahui secara lengkap. Perkembangan kami sampaikan dengan jelas," ujar pria kelahiran Pati, Jawa Tengah tersebut.

Di tempat yang sama, Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan mengatakan pihaknya tengah memeriksa panitia pelaksana lokal. "Tim LIB dan PSSI sudah di Malang untuk melakukan investigasi," ucap dia.

Ia pun menyampaikan bahwa pihaknya menetapkan hukuman kepada Arema FC. Yaitu pelarangan pertandingan kandang di Stadion Kanjuruhan sampai Liga berakhir.(biy/jpg)

Laporan JPG, Malang

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook