‘’Tidak usah bicara produk canggih kelas atas dari luar negeri, dari 13 bahan pokok saja hanya satu Riau yang tidak dari luar daerah, ayam potong. Maka selama kita tidak mandiri pangan, kita akan jadi daerah konsumen terus. Orang-orang akan terus berpikir untuk memenuhi keperluan Riau dengan mendatangkannya dari luar,’’ terangnya.
Akademisi Universitas Riau ini mengatakan, jika Riau tidak siap dengan produk daerah sendiri, maka Riau sudah pasti akan jadi sasaran pasar bagi produk-produk asing. Apalagi menurutnya, semangat menggunakan produk dalam negeri saat ini masih rendah. Maka produk asing yang deras masuk saat MEA makin menjadi primadona.
Untuk itu, pemerintah harus melakukan penataan industri. Pemerintah juga harus memberikan kemudahan berusaha dengan memperhatikan berbagai aspek yang selama ini masih menghambat UKM untuk jauh lebih maju. Dirinya berharap pemerintah benar-benar memberikan stimulan pada UMK.
Berbeda dengan industri perhotelan, yang harus dilakukanadalah memastikan peningkatkan kualitas dan layanan.
‘’Pekanbaru adalah kota MICE, maka saat MEA tentu kami harapkan akan lebih banyak lagi orang-orang dari luar sana, termasuk negera tetangga yang datang untuk berbisnis di Riau. Itu berarti akan ada peningkatan demand kamar hotel, sedikit banyak, MEA akan membawa peningkatan di bisnis perhotelan di Riau,’’ terang General Manager Corporate Grup Hotel lokal Riau Marsar International, Suhaya Sahni.(egp/end/fat/cr3/cr4)