Selain komoditi pisang kipas yang sudah memiliki nama di Pekanbaru, ikan salai merupakan salah satu produk khas Riau yang paling diminati oleh pengunjung baik dalam Riau maupun di luar Riau. Apalagi pengelolahan ikan melalui proses asapan yang terbilang cukup lama. Sama halnya dengan ikan kering lainnya. Ikan ini juga bisa disimpan dengan jangka waktu lama dan harganya bisa dibilang cukup mahal. Karenanya sangat cocok dijadikan oleh-oleh bagi pengunjung yang pelesiran ke provinsi ini.
Hampir di semua pasar bisa didapatkan pedagang yang menjual ikan asap. Ikan asap lebih populer bagi penduduk Pekanbaru dengan sebutan ikan selais, meski kini ikan jenis lain pun banyak diolah menjadi ikan asap. Di Riau, produk ikan asap itu telah dikenal luas masyarakat karena rasa yang lezat dan gurih.
MEA Ancam UKM di Riau
Di bagian lain, Ketua Umum Apindo Riau Wijatmoko mengatakan, bagi dunia usaha MEA bukan ancaman langsung kalau dikaitkan dengan migrasi tenaga asing. Namun yang membuat para pengusaha, terutama industri adalah banjir arus barang luar yang tidak ditunjang dengan semangat menggunakan produk dalam negeri sendiri.
‘’Soal tenaga asing, dunia usaha tidak khawatir, karena pekerja asing tidak akan ke Riau hanya karena Rp200 ribu-Rp300 ribu. Tapi secara kalkulasi produk-produk dalam negeri kita terancam, dalam hal ini consumer goods. UMK paling terancam, karena akan kalah bersaing dengan produk luar negeri yang lebih berkualitas dan kadang jauh lebih murah,’’ sebut Wijatmoko.
Sementara itu, pengamat ekonomi Edyanus Herman Halim tidak membahas jauh-jauh. Dia mengajak berkaca fakta ketidakmandirian pangan Riau. Riau yang jual CPO, bubur kertas, minyak dan berbagai produk tambang harus membelanjakan lagi uangnya untuk keperluan harian seperti beras, cabai, sayur dan lainnya dari luar daerah.