DISAMPAIKAN DIRJEN KEMENAG

Ademnya Pesan Khotbah Iduladha di Masjid Istiqlal

Nasional | Jumat, 01 September 2017 - 17:50 WIB

Ademnya Pesan Khotbah Iduladha di Masjid Istiqlal
Warga berbondong-bondong ke Masjid Istiqlal. (GUNAWAN/JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin menjadi khatib dalam khotbah di Salat Idul Adha di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (1/9/2017).

Dia mengatakan, dalam konteks Indonesia yang majemuk, agama seyogyanya tidak hanya menjadi roh yang mengalirkan energi religius yang positif dalam setiap aktivitas umatnya, melainkan juga menjadi perekat sosial.

Baca Juga :Pusbimdik Konghucu Berikan Pelayanan Umat di Riau 

"‎Agama harus menjadi bagian dari perekat konsolidasi, persatuan dan kesatuan demi ‎terwujudnya cita-cita bangsa dan cita-cita agama," katanya.

Dia memandang, refleksi keagamaan dan kebangsaan harus bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama. Refleksi itu harus saling mendukung dan tidak mendegradasi. Semangat berkurban adalah tuntunan agama yang harus dikontektualisasi dan direvitalisasi sehingga dapat berkontribusi mewujudkan cita-cita bangsa dan agama.

Dalam setiap merayakan Iduladha, imbuhnya, masyarakat akan kembali mengenang sejarah dan peristiwa bagaimana Nabi Ibrahim mengurbankan putra kesayangannya Nabi Ismail. Dalam peristiwa itu patut dipelajari adalah kepasrahan mutlak dan ketundukan total atas perintah Allah.

"Dalam kehidupan kita tidak jarang perintah Allah dikaburkan bahkan dilanggar untuk mewujudkan kecintaan kepada keluarga, jabatan, dan harta. Bahkan agama sering dijadikan pembenaran untuk mewujudkan ambisi yang tidak ada hubungannya bahkan bertentangan dengan agama," sebutnya.

Dia menerangkan, dalam konteks Indonesia yang majemuk dengan beragam budaya, berbagai suku dan bangsa yang berbeda keyakinan, refleksi keagamaan harus dibingkai dalam konteks kebangsaan yang majemuk.

"Tujuan beragama adalah menciptakan kemaslahatan manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Hanya dengan berbangsa dan bernegara, amanah tersebut dapat diwujudkan," sebutnya.

Itu artinya, menjadi umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu harus menjadi warga negara bangsa yang baik. Tidak boleh atas nama agama dan negara dengan segala instrumen-instumennya diabaikan.

Begitu pula bernegara berbangsa dalam konteks Indonesia yang religius agama harus menjadi inspirasi yang mengilhami seluruh refleksi kebangsaan di Indonesia.

"Inilah takdir Indonesia negara yang religius," tambahnya.

Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi seluruh warga bangsa yang beragama kecuali merefleksikan keagamaanya dengan menghargai realitas dan hakekat Indonesia yakni kebhinekaan. Segala upaya untuk memarginalkan peran agama dalam ruang sosial politik tidak akan berhasil, karena identitas hakiki orang Indonesia adalah beragama.

"Oleh sebab itu penguatan pemahaman agama yang shahih harus menginsporasi proses dialektika dalam berbangsa, dan bernegara sebagaimana nilai gama dan seluruh pasal dalam Pancasila," tuntasnya.

Dalam Salat Iduladha tersebut, yang bertindak sebagai imam adalah Hasanuddin Sinaga. Adapun tokoh yang mengahadiri salat itu adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, dan para duta besar dari negara sahabat. (cr2)

Sumber: JPG

Editor: Boy Riza Utama









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook