Tetap ke Kampus
Berbeda dengan beberapa fakultas yang harus melakukan pembelajaran secara daring, Fakultas Kedokteran Unri harus melakukan perkuliahan secara luring (luar jaringan) alias tatap muka. Hanya para mahasiswa semester awal yang belajar daring. Sisanya harus belajar tatap muka, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan.
Dekan Fakuktas Kedokteran Universitas Riau dr Dedy Afandi menyebutkan, selama pandemi mewabah di Provinsi Riau, ada dua tugas yang dilakukannya. Pertama, sejumlah dosen dan mahasiswa kedokteran telah berusaha sekuat tenaga membantu penanganan Covid-19, baik di kawasan rumah sakit maupun langsung kepada masyarakat. Kedua, tentu saja aktivitas perkuliahan.
Dalam hal perkuliahan ini, empat dari lima jurusan Fakultas Kedokteran Unri tetap kuliah tatap muka alias luring (offline). Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Program studi yang tetap kuliah tatap muka adalah profesi dokter, PPDS Paru, PPDS Anastesi dan PPDS Pulmonologi. Tetapi mahasiswa yang berada di semester 1 saat pandemi dilakukan perkuliahan secara daring. Hal ini sesuai dengan SKS yang dimiliki. Sedangkan mahasiswa yang membutuhkan praktikum dilakukan secara offline sesuai prokes yang ada.
FK Unri selama pandemi juga telah melaksanakan ujian keterampilan medis atau yang dikenal dengan objective structured clinical examination (OSCE). Melalui kerja sama antara Unit Keterampilan Medis (UKM) dan Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), ujian keterampilan medis dapat dilaksanakan secara semidaring.
Adapun teknisnya, mahasiswa selaku peserta OSCE tetap hadir di kampus FK UNRI untuk mengikuti ujian dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Sedangkan penguji mengamati secara daring dari lokasi masing-masing menggunakan aplikasi zoom meeting.
Penguji kemudian melakukan penilaian secara online menggunakan aplikasi OASE FK Unri (aplikasi ujian keterampilan medis buatan FK Unri). Agar observasi oleh penguji berlangsung maksimal, setiap ruangan (stasion) ujian dilengkapi dengan webcam HD dan earphone bluetooth.
"Kami menyiasati praktikum dengan menyelesaikan dulu seluruh materi yang diperlukan, dan praktikum di labor yang kami miliki juga dibatasi jumlahnya. Allhamdulillah Desember lalu semua ujian praktikum selesai tanpa ada kendala yang berarti," jelas Dedy.
Ikut Tangani Covid-19
Sejak pandemi mulai masuk ke Provinsi Riau, sejumlah mahasiswa serta dosen FK Unri ikut ambil bagian dalam penanganannya. Bahkan, mereka menjadi pelopor pembuatan disinfektan pertama di Provinsi Riau serta memberikannya ke sejumlah pihak untuk dilakukan pembersihan dan sterilisasi lingkungan dari penyebaran Covid-19 yang kian masif. FK Unri juga memberikan informasi kepada sejumlah pihak cara membuat disinfektan yang benar melalui kanal website yang mereka miliki.
FK Unri merupakan fakultas pertama di Provinsi Riau yang membantu pemerintah dalam menangani Covid-19. Para dosen dan mahasiswa ikut terjun langsung memberikan edukasi bahaya Covid-19 ini kepada masyarakat serta memberikan masker secara gratis.
Saat ini, FK Unri memiliki program kerelawanan yang berkaitan langsung dengan penanganan Covid-19. Para mahasiswa ikut membantu Pemerintah Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau dalam hal mendata serta menangani pasien Covid-19.
"Di media center Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru, para dosen dan mahasiswa turut membantu. Bahkan kami juga telah berhasil mengumpulkan donasi untuk membantu penanganan ini," ucapnya.
Dalam waktu dekat, FK Unri juga akan membantu Pemerintah Provinsi Riau dalam hal pembentukan Laboratorium Covid-19 yang dananya dibantu oleh BPBD Provinsi Riau.
Hak Terhambat
Menyikapi sistem perkuliahan daring yang berlarut-larut hingga berlangsung setahun terakhir, sejumlah mahasiswa merasa hak mereka untuk mendapatkan kebebasan dalam pendidikan terhambat. Selama masa pandemi dengan sistem daring, mereka harus tetap membayar uang kuliah walaupun tidak melaksanakan pendidikan di area kampus.
M Fardigansyah salah seorang mahasiswa universitas swasta besar di Riau mengatakan, selama dua semester terakhir ia harus tetap membayar uang kuliah. Pasahal, dia tidak belajar aktif seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi di masa pandemi ini, pihak kampus memberikan diskon sebesar 15 persen yang berlaku untuk semester sebelumnya.
"Tetap harus membayar uang kuliah. Kalau diskon kemarin ada sebesar 15 %. Tapi tak tahu semester ini, bakalan ada diskon atau tidak," kata dia.
Saat ditanyai terkait keefektifan perkuliahan di masa pandemi menurut Fardi, perkuliahan menggunakan sistem daring tidak efektif. Bahkan dia menyebut, hanya merusak mental mahasiswa.
"Kalau dilihat dari mental mahasiswa Indonesia, sepertinya daring ini bikin motivasi belajar mahasiswa turun. Mungkin tak semua sih, tapi ada beberapa. Bisa dibilang banyak. Apalagi untuk teknik sipil ini, ada praktikum, laporan praktikum, tugas besar. Setiap masuk materi baru, ada tugas. Jadi, kesulitan untuk konsultasi ataupun asistensi. Jadi bikin malas," ucapnya.
Bahkan demi memanfaatkan waktu luang, dirinya berusaha mencari kerja serabutan demi dapat membantu orang tua dalam membayar uang kuliah. Apalagi ekonomi makin sulit. Masa pandemi ini, banyak yang di-PHK. Makanya dia yang masih kuliah cari kerja sambilan.
"Tapi serabutan saja. Kalau ada kerjaan, ya kerja sambil. Kalau nggak ya bantu-bantu orang tua saja. Saya berharap pandemi ini segera berakhir agar kami dapat terus menempuh pendidikan secara lebih baik," kata dia.
Keberatan Tetap Bayar
Sementara itu, Ponharsa, orang tua seorang mahasiswa mengaku keberatan dengan pembayaran uang kuliah di masa pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, saat ini perekonomian sejumlah orang tua terdampak dan sangat berat bila harus membayar uang kuliah anak.
"Keberatan sekali. Karena anak saya itu kan tidak menggunakan fasilitas kampus tapi semua biaya perkuliahan harus tetap kami bayar. Sedangkan kami juga harus menyiapkan fasilitas internet untuk belajar anak di rumah selama diliburkan akibat pandemi," tuturnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nisa, mahasiswa semester 9 Universitas Riau. Menurutnya, sistem perkuliahan saat ini sudah melalui sistem daring. Bahkan penelitian serta bimbingan yang tadinya dilakukan di kampus juga telah mengikuti sistem tersebut. Nisa merasa sistem tersebut tidak efektif dan membuat para mahasiswa bingung dalam mengerjakan tugas serta teori yang diberikan.
"Saya sebenarnya keberatan. Tapi karena sistemnya seperti itu, jadi mau tak mau kita ikuti. Saya penelitian secara online juga. Jadi diharuskan lebih mengerti penelitian yang dilakukan," ucapnya.
Saat ditanyai terkait biaya kuliah yang harus tetap dibayar, Nisa mengaku dirinya tetap membayar uang kuliah seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, kebijakan Unri memberikan keringanan dengan cara dicicil.
"Ya dicicil uang kuliahnya. Tapi tetap saja orang tua keberatan karena mereka juga harus menyediakan uang lebih di rumah selama kita belajar secara daring," ujarnya.
Selain itu, selama masa pandemi, ia juga berusaha membantu kebutuhan uang kuliah dengan cara berjualan daring. Meskipun hasilnya sedikit, tetapi cukup untuk mencicil uang kuliah di masa pandemi.
"Jualan baju dan tas online. Hasilnya memang nggak banyak. Tapi bisalah membantu orang tua," kata dia.