(RIAUPOS.CO) - OLAHRAGA lari di masa pandemi Covid-19 yang masih mewabah, kian diminati. Lari dinilai bisa membantu menjaga kebugaran dan imunitas tubuh. Lari tetap digilai meski iven nihil dalam dua tahun terakhir. Para pelari beradaptasi dengan kondisi agar tetap bisa menyalurkan hobi.
Dituturkan Ridho Ikhsan, founder komunitas lari Liburun, saat ini para penghobi lari di Pekanbaru semenjak pandemi Covid-19 mewabah tetap aktif dengan rutinitas larinya. "Semenjak PPKM waktu tersedia banyak, ada yang milih lari sore. Karena kantor-kantor work from home. Punya jadwal lebih free. Pagi atau sore sekalian lari. Dulu kan terhukum jadwal kerja, " jelasnya.
Adanya berbagai kebijaksanaan pembatasan pergerakan oleh pemerintah pada dasarnya tidak mempengaruhi rutinitas pelari. "Sebenarnya kan kalau PPKM tidak pengaruh, karena larinya tidak terganggu. Justru bagi yang work from home bisa atur waktu pagi dan sore,” ucapnya.
Justru kata dia di masa pandemi masyarakat perlu menjaga kebugaran tubuh. "Kita kan wajib menjaga kebugaran justru saat Covid ini. Justru tren olahraga semakin menggila di masa pandemi ini. Malah banyak muncul nonkomunitas lari di jalan karena merasa butuh harus bugar, " terangnya.
Ridho mencontohkan dirinya sendiri bagaimana manfaat rutinitas lari membuat tubuhnya kuat menghadapi Covid-19. "Kayak aku juga penyintas, cuma demam sedikit, terus pagi sorenya olahraga, lalu karantina. 10 hari sudah negatif, " tuturnya mengisahkan.
Lari bagi Ridho adalah aktivitas yang tak bisa ditinggal. Dia tujuh tahun bersama enam orang rekannya mendirikan komunitas lari Liburun. Dia juga merupakan Captain pertama di sana. "Dengan kawan-kawan yang hobi lari juga. Karena ini minimal ada kawan lari, " kenangnya.
Sebelum pandemi, komunitas Liburun memiliki jadwal rutin lari tiga kali sepekan. Yakni Selasa dan Jumat malam serta Ahad pagi. Komunitas ini sendiri diminati oleh banyak penghobi lari untuk bergabung mencari teman menekuni hobi. Saat ini ada sekitar 1.000-an orang susah menjadi anggota dengan 250 di antaranya adalah anggota aktif.
Karena banyaknya penghobi lari yang menjadi anggota, Liburun kemudian mendapatkan tawaran menjadi regional Riau dari komunitas lari Indonesia di Jakarta yakni Indoruners. Sempat diminta mengubah nama, namun Liburun akhirnya tetap dengan nama awal.
Komunitas ini termasuk rutin menggelar iven lari. Tepat sebelum pandemi dua kali iven lari 10 Kilometer (10 K) digelar dengan tajuk Pekanbaru Running Tour.
"Beberapa founder dan beberapa Captain yang ada bikin race management internal. Sempat dua kali itu 10K open mengelilingi daerah Pekanbaru. Lihat landmark Pekanbaru,” ulasnya.
Memasuki tahun 2020, iven praktis tak ada, pandemi Covid-19 jadi penyebabnya. Di awal-awal Covid-19 mewabah, Ridho menyebut para pelari harus lari sendiri-sendiri.
"Awalnya kaget kan, kita masih gak tahu dan gak punya literasi tentang Corona. Kita sempat setahun cuma lari sendiri-sendiri. Karena gak boleh berkumpul," tuturnya.