PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Pekanbaru mencatat terjadinya peningkatan angka pengangguran. Banyak hal yang dinilai Disnaker sebagai dampak tingginya angka pengangguran di Kota Pekanbaru.
Mulai dari kalah bersaing dengan pencari kerja (pencaker) luar, hingga tamatan terdidik yang tidak terlatih seperti yang diharapkan perusahaan. Diperburuk dengan masa pandemi Covid-19.
"Tingginya angka pengangguran disebabkan karena terjadinya masa pandemi Covid-19. Di mana menjadi berkurangnya perusahaan yang membuka lowongan kerja (loker). Selain itu perusahaan masih banyak yang belum melaporkan tenaga kerja," ungkap Kepala Disnaker Kota Pekanbaru Abdul Jamal kepada Riau Pos di sela-sela memantau bursa kerja online di ruangan info kerja Disnaker Pekanbaru, Senin (26/9).
Lanjutnya, pandemi Covid-19 memang menjadi permasalahan besar di bidang ekonomi yang menyentuh setiap kota. Salah satunya berdampak terhadap tingkat pengangguran yang cenderung terjadi kenaikan.
"Angka pengangguran kita sudah mencapai 8 persen. Itu sudah melebihi tingkat nasional. Di nasional sudah 6 persen. Ini memang menjadi persoalan yang hampir merata terjadi di kota-kota besar, terkait pencari kerja atau pengangguran yang jadi perhatian," tambahnya.
Menurut Jamal, keberadaan perusahaan menjadi faktor utama dalam menyelesaikan tingginya angka pengangguran di Kota Pekanbaru. Sayangnya, di Pekanbaru sendiri tidak ada perusahaan industri seperti pabrik yang memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak.
"Kalau kita bandingkan dengan Medan, ya hampir sama. Medan itu sembilan persen dan Surabaya 11 persen. Kemarin kita dapat informasinya. Persoalan kalau di Pekanbaru ini perusahaan rata-rata hanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Jadi tidak ada pabrik yang bisa menampung ribuan orang tenaga kerja. Tetapi yang banyak perkantoran, jadi paling banyak ya 20 sampai 100 orang tenaga kerja. Yang sampai 100 karyawan itu sudah besar perusahaannya berarti," ulasnya lagi.
Jadi, lanjutnya, untuk menghadapi persoalan tingginya pengangguran perlu mendapat perhatian serius. Apalagi masih banyak pencaker yang tidak mendapatkan pekerjaan lebih dari enam bulan dari ia membuat kartu pencaker di Disnaker.
"Pekanbaru ini ekonominya memang menggeliat, sehingga nanti urban juga banyak. Itu menurut catatan di BPS, itu jika sudah enam bulan berada di Kota Pekanbaru, jika belum mendapatkan kerja itu sudah dimasukkan ke dalam angka pengangguran. Makanya kita lihat urban di Pekanbaru itu tinggi karena sebagai ibukota Provinsi Riau," katanya.
Dikatakan Abdul Jamal, pihak Disnaker Pekanbaru juga bersinergikan dengan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau dalam mencari solusinya. "Beberapa tahun ini sudah tidak ada job expo, tetapi kita punya Info Kerja yang menyediakan lowongan kerja (loker) atau job expo online. Jadi ke depan bisa saja ini online di-link-kan dengan Disnaker Riau. Jadi pencaker lebih banyak memilih loker yang diinginkan. Pencari kerja juga bisa mencari lowongan kerja di bursa kerja online itu," tuturnya.
Ia juga menyebutkan, permasalahan lainnya seperti perusahaan masih banyak yang belum melaporkan tenaga kerja, melaporkan tenaga kerja merupakan suatu kewajiban. "Kemarin kita sudah bentuk Forum HRD dengan 150 perusahaan yang bergabung dari 1.500 perusahaan yang ada di Pekanbaru, mudah-mudahan ini bisa menjadi salah satu untuk mengurangi angka pengangguran tersebut," terangnya.
Lebih jauh dijelaskan Jamal, pengangguran saat ini justru banyak pengangguran terdidik. Sementara yang banyak dicari adalah yang terlatih.
"Jadi belum selaras antara dunia pendidikan dengan dunia usaha. Itu merupakan satu persoalan sehingga pencaker Pekanbaru kalah saing dengan pencaker luar. Jadi dengan kondisi itu angka pencaker atau pengangguran bisa semakin tinggi," katanya.(yls)
Laporan JOKO SUSILO, Pekanbaru