Ia yang mudik lebaran sejak H-2 dan kembali pada H+4, cukup merasakan pengalaman mudik lebaran yang tidak terlupakan. Karena harus mengorbankan waktu dan tenaga yang dinilai hanya habis dalam perjalanan saja.
“Alhamdulillah tahun ini bisa mudik ke kampung suami saya di Bengkalis. Karena dua tahun tidak bisa pulang untuk bersilaturahmi ke keluarga di sana. Meski lelah namun kerinduan dengan kampung halaman sudah terobati,” ujarnya.
Dari pantauan di lapangan, sehari sebelumnya, Kamis (5/5/2022) sekitar pukul 07.15 WIB sampai siang, terlihat ratusan kendaraan bermotor roda 4 mengantre cukup panjang. Pada Jumat (6/5/2022) sekitar pukul 10.00 WIB antrean sampai ke perbatasan Desa Sungai Alam dan Desa Kuala Alam, Kecamatan Bengkalis.
Antrean yang mengular pada pagi sampai tengah malam ini disebabkan oleh valume kendaraan yang meningkat yang akan balik setelah berlebaran di Pulau Bengkalis.
Bahkan para pengemudi mobil yang datang dari pelosok desa untuk berlebaran di kampung halaman mereka, umumnya sudah berada di jalan arah ke roro sejak pukul 02.30 dini hari. Ini agar mereka mendapatkan posisi penyeberangan lebih awal. Namun mereka yang datang dari pelosok desa, malah terkejut ketika melihat mobil lain sudah berada di jalan arah menuju roro lebih dulu. Dan mau tidak mau mereka terpaksa mengantre demi untuk bisa menyeberang ke Pulau Sumatra.
“Hari ini, saya dari rumah tadi jam 02.30 WIB, dengan harapan tidak mengalami antrean terlalu panjang. Ternyata sampai di roro antreannya sudah cukup panjang,” ujar Andi, yang mengaku dari Desa Simpang Ayam dan ingin balik ke Pekanbaru bersama keluarganya.
Ia yang mengaku bekerja sebagai ASN menyebutkan, berangkatnya ke Pekanbaru lebih awal, karena pada Senin (9/5/2022) sudah mulai masuk bekerja. Tapi melihat antrean cukup panjang ini rasanya ia tidak sanggup menunggu terlalu lama.
“Sekarang saja antreannya sudah mengular sampai ke perbatasan Desa Sungai Alam. Belum tahu kapan bisa menyeberangnya. Kami mengharapkan bisa secepatnya menyeberang,” harapnya.
Andi menyarankan, agar Pemkab Bengkalis menambah armada roro yang lebih besar, agar kendaraan yang diseberangkan dapat diangkut dengan jumlah yang banyak. Sedangkan Anto mengaku menyesal menyeberangkan mobilnya ke Pulau Bengkalis. Karena ia yang datang dari Tapung, Kampar hanya ingin berziarah ke makam orang tuanya.
“Tak tahu macet seperti ini. Karena sewaktu menyeberang dari Pakning ke Bengkalis tidak ada antre. Ketika balik malah antre cukup kama,” ucapnya yang mengantre di perbatasan Desa Air Putih-Desa Kuala Alam.
Ia berharap, agar antrean seperti ini dapat diatasi oleh Pemkab Bengkalis, dengan menambah armada yang memadai. Karena dari informasi, kapal roro yang melayani penyeberangan ini muatannya kecil. Sejak habis Jumatan, dia mengantre sampai sore sekitar pukul 17.00 WIB dan belum belum juga masuk ke arah jalur dermaga Roro Air Putih.
“Mungkin tengah malam baru bisa menyeberang. Kalaupun malam akan tetap melanjutkan perjalanan ke Tapung melewati Tol Permai dan keluar dari tol di arah Kandis, Siak,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Roro Air Putih, Dinas Perhubungan (Dishub) Bengkalis, Firdaus Saputra yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, puncak arus balik terjadi pada Jumat (6/5/2022). Ini dikarenakan pada Kamis, kendaraan roda empat yang tersisa sebanyak 120 unit.(nda/gus/sol/kom/ksm/muh)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru