Rehal Mahal Dilahap Digital

Liputan Khusus | Rabu, 15 September 2021 - 12:02 WIB

Rehal Mahal Dilahap Digital
Gedung Pustaka Soeman Hs (GRAFIS: TIM RIAU POS)

 Lalu bagaimana upaya meningkatkan minat baca, terutama di pelosok daerah? Caranya menyediakan perpustakaan dan bahan bacaan yang sesuai dengan karakter daerahnya. Misalnya, di kampung nelayan, diperlukan buku-buku yang berkaitan dengan kehidupan nelayan. Kalau di daerah perkebunan perlu disediakan buku yang berkaitan dengan perkebunan. Hal terpenting adalah aktivitas literasi dikaitkan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat.

Tempat tertentu di pelosok juga perlu difasilitasi dengan perpustakaan seperti di balai desa, puskesmas, dan masjid.


Tak Harus Datang
Berkaitan dengan sering tutupnya Pustaka Daerah di masa pandemi ini, anggota Dewan Pendidikan Riau Ir H Fendri Jaswir MP, menyebutkan masyarakat tidak harus langsung datang ke pustaka. Masyarakat bisa mendapatkan bahan atau buku melalui internet.

"Ya tidak harus langsung ke sana (pustaka, red). Berbeda dengan dahulu yang harus datang ke pustaka. Sekarang kan sangat mudah. Tinggal kemauan anak-anak untuk membuka atau mencari di internet. Balik lagi kepada minat tadi," sebut Fendri.

Kunjungan ke pustaka memang bisa menjadi indikator minat baca. Tapi sekarang tidak harus berkunjung juga untuk membaca atau meningkatkan literasi. Sejauh ini, Dewan Pendidikan Riau menyatakan belum punya hasil kajian atau penelitian mengenai minat baca masyarakat Riau.

"Belum ada kajian tingkat minat baca di Riau. Yang jelas dengan kondisi sekarang, kalau minat baca diukur dari kunjungan ke pustaka, jelaslah rendah. Kenapa? Ya hampir dua tahun pandemi ini, sekolah tutup. Jadi sulit untuk mengukur tingkat minat baca itu, standarnya apa," sebut Fendri.

Menurut mantan anggota DPRD Riau dari Partai Amanat Nasional dari Daerah Pemilihan Kuansing-Inhu itu, pihaknya juga belum ada melakukan survei terkait minat baca masyarakat Riau.

Sementara itu, dari data yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2019, tingkat literasi masyarakat Riau berada di peringkat ke-12 atau unggul satu tingkat dari Sumatera Barat, lebih rendah dari Kepulauan Riau yang berada di peringkat ketiga. Sementara peringkat pertama DKI Jakarta, disusul DI Yogyakarta. Adapun peringkat terakhir atau 34 yakni Provinsi Papua.

Kondisi ini berbeda dari pengakuan mantan Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Drs Songgo Siruah MHum yang mengungkapkan, tingkat literasi masyarakat Riau merupakan yang tertinggi di Indonesia mengalahkan DKI Jakarta dan Yogyakarta. Ini sebutnya merupakan hasil penelitian yang dilakukan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2018 lalu.

Perpustakaan Digital Terintegrasi di Kampus
Kunjungan pustaka di kampus juga sudah berbeda di saat pandemi ini. Kepala UPT Perpustakaan Unri Dr Edyanus Herman Halim MSi menjelaskan bahwa perpustakaan Unri sudah digital.

"Coba saja buka lib.unri.ac.id, nanti Anda akan memperoleh berbagai aplikasi untuk mengaksesnya," ujar Edyanus.

Sekarang tim perpustakaan Unri sedang memasang VPN (virtual personal network) agar semua koleksi perpustakaan bisa diakses dari rumah, sehingga perpustakaan nanti lebih milenial. Cukup membuka di smartphone.

"Ini kami kembangkan sejalan dengan keinginan Unri untuk menjadi jantung hati masyarakat Riau," ujar  Edyanus.

Sejak pandemi, pengadaan koleksi di Perpustakaan Unri sebagian besar diarahkan ke e-Book. Buku-buku fisik dikurangi, namun tetap diadakan karena belum semua buku ada e-Book-nya. Sayangnya terkadang ada kendala internet ketika puluhan ribuan mahasiswa mengakses sekaligus. Untuk itu, sekarang Unri sedang menyusun assessment information technology sebagai upaya menanganinya. Kemungkinan besar di tahun 2022, investasi IT itu sudah dapat dinikmati. Dengan demikian, aplikasi digital dan keamanannya makin baik.

Perpustakaan Unri akan dikembangkan menjadi perpustakaan digital terintegrasi. Konsepnya, semua masyarakat Riau bisa menjadi anggota perpustakaan Unri dan dapat menikmati semua koleksi yang ada di Unri, baik buku, jurnal maupun hasil penelitian.

Hal ini sejalan pula dengan tagline Perpustakaan Universitas Riau yang beberapa waktu lalu diusung saat pembukaan milad Universitas Riau yaitu "UPT Perpustakaan UR Menuju Library yang Terintegrasi dan Berjejaring di Era Industri 4.0".

Perpustakaan Universitas Riau juga sudah mengantongi sertifikat ISO (international organization for standardization) yang telah di-upgrade. Sebelumnya, dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015. Hal itu dilakukan, dalam usaha untuk terus berinovasi dan meningkatkan mutu serta kualitas. Tujuannya demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pemustaka dan civitas akademika.

"Perpustakaan Universitas Riau mengimplementasikan tagline itu sesuai kebutuhan dan mobilitas zaman," ujarnya.(muh/esi/sol/das/ade/jrr)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook