LIPUTAN KHUSUS

Meledak Setelah Mudik

Liputan Khusus | Sabtu, 05 Juni 2021 - 08:30 WIB

Meledak Setelah Mudik
(GRAFIS: AIDIL ADRI)

Kendati mudik dilarang, kenyataannya tetap saja dilakukan. Ada yang "curi start", ada yang menunda. Tapi tak sedikit juga mudik di waktu yang dilarang, (5-17 Mei 2021) dengan banyak siasat. Implikasinya, peningkatan jumlah pasien Covid-19 tak terhindari. Meledaklah kasus di Riau. Per 4 Juni 2021, pasien positif Covid-19 bertambah 593 orang. Total pasien Covid-19 di Riau berjumlah 62.095 orang. Riau pun masih tertinggi di Sumatera dan keempat nasional.

Laporan TIM RIAU POS (Pekanbaru)

Rabu (5/5) pagi. Usai mengerjakan salat subuh di masjid di lingkungan perumahannya, Afrizal sibuk melakukan pengecekan barang-barang yang akan dibawanya ke kampung halaman. Hari itu, dia bersama keluarganya akan balik kampung untuk berhari raya di salah satu desa di Kabupaten Bengkalis.


Tiket travel sudah mereka pesan sehari sebelumnya. Dia dan keluarga terpaksa harus balik kampung lebih awal karena ada aturan dan larangan dari pemerintah yang tidak membenarkan masyarakat mudik atau balik kampung setelah tanggal 6 Mei. Ia dan keluarga harus mudik, karena hari raya tahun sebelumnya mereka tidak balik kampung.

"Tahun lalu tak balik kampung, Bang. Tahun ini harus balik.

Karena aturan pemerintah melarang pulang kampung tanggal 6 Mei, kami pulang tanggal 5 Mei saja sebelum aturan larangan itu berlaku. Jadi kami tidak bisa disalahkan, karena sudah mengikuti instruksi pemerintah," ujarnya.

Perjalanan balik kampung yang dilakoni Afrizal hanya memerlukan waktu 3-4 jam saja. Namun, mereka harus menyeberang menggunakan roro. Perjalanan untuk sampai ke rumah orangtuanya kadang bisa lebih dari lima jam, disebabkan antre masuk roro terlalu panjang karena ramainya masyarakat yang juga balik kampung.

"Alhamdulillah-lah Bang. Semuanya berjalan dengan baik. Di jalan pun tak ada penyekatan dari petugas. Sampai di roro pun tak ada yang meminta surat keterangan rapid test atau swab antigen," ujarnya.

Padahal sebelumnya, marak di pemberitaan media, masuk ke Bengkalis akan dilakukan pengetatan. Setiap pemudik diwajibkan membawa surat keterangan sehat, baik berupa surat keterangan rapid tes maupun swab antigen.

"Entahlah kalau di atas tanggal 6 Mei Bang, mungkin larangan itu dijalankan oleh petugas," ujarnya.

Menjawab apakah saat pulang ke Pekanbaru dia aman-aman saja, dia mengatakan, aman-aman saja. Tak ada pencegatan yang dilakukan petugas.

"Tak tahulah Bang, waktu aku pergi dan pulang dari balik kampung kemarin aman-aman saja. Setiap pos yang dilewati, kami bisa lewat tanpa dihalang petugas," ujarnya.

Bahkan, tambahnya mertuanya yang bermastautin di salah satu kecamatan di Kabupaten Pelalawan juga bisa sampai ke Pulau Bengkalis tanpa ada pencegahan dari petugas.

"Mertua berangkat malam Bang. Di jalan tak ada pencegatan yang dilakukan petugas. Alhamdulillah paginya sudah sampai di Bengkalis," ujarnya.

Hal yang sama juga dilakukan Rajaf. Dia pulang ke Pekanbaru dari Kabupaten Siak. Selama ini dia memang bekerja di Siak dan bermastautin di daerah itu. Tanggal 5 Mei dia balik ke Pekanbaru. Tidak ada masalah. Di jalan saat itu belum ada penyekatan.

Tapi, katanya lagi kalau dalam pengamatannya di atas tanggal 6 Mei pun banyak orang yang bisa lepas dari penyekatan petugas.

"Adik kawan  lagi Bang, dia dari Palembang, Sumatera Selatan sana, bisa balik ke Siak. Nampak aku pandai-pandai kitalah Bang menyiasati agar bisa lepas dari penyekatan petugas," ujarnya.

Kawan-kawannya bercerita tambahnya lagi kalau memang petugas meminta putar dan pulang lagi, lakukan saja. Kemudian sekitar 500 meter atau satu kilometer dari pos petugas penyekatan, istirahat sejenak.

"Petugas itu kan tak 24 jam berdiri di jalan dan mengadang orang yang nak balik kampung. Apalagi kalau cuaca di Riau ini panas yang cukup menyengat. Tak tahan petugas tu Bang berdiri lama-lama di pinggir jalan, pasti masuk lagi ke pos," ujarnya.

Saat petugas masuk ke pos untuk beristirahat ini menjadi momen pemudik untuk "melepaskan diri" agar bisa sampai kampung tujuan.

"Aku tak buat macam tu Bang. Kawan-kawan aku banyak yang buat seperti itu dan rata-rata berhasil. Apalagi kalau pas hari hujan. Ini momen yang paling ditunggu pemudik, karena petugas tak kan mungkin berjaga di jalan," ujarnya.

Ramai, Tak seperti Dulu
Perayaan Idulfitri di beberapa kabupaten dan kota di Riau termasuk ramai. Artinya hasrat berkumpul dengan keluarga di kampung tetap saja tak bisa dibendung dengan berbagai penyekatan. Salah satunya di Kabupaten Bengkalis.

"Alhamdulillah hari raya tahun ini lumayan ramailah Bang jika dibanding tahun lalu. Apalagi ada festival colok. Semakin semarak hari raya kami di kampung ni Bang. Abang ngapo tak balek bang? Takut keno cegat petugas ye. Tapi tak apo go tak balik Bang, mencegah kerumunan di musim Corona ni Bang," ujar salah seorang warga Bengkalis, Pay saat berbual dengan Riau Pos melalui pesan singkat WhatsApp.

Dia menambahkan, kalau disebut meriah, alhamdulillah meriah jugalah jika dibanding tahun lalu. Tahun lalu merupakan awal masuk virus Corona ke Indonesia. Masyarakat macam mati ketakutan betul dengan dengan virus itu. Banyak rumah tudung (tutup) dan tak mau menerima tamu. Alhamdulillah tahun ini, walau masih ada rasa cemas, kunjung-mengunjungi masih ada.

"Tapi tradisi datang bersilaturahmi beramai-ramai usai salat Id ditiadakan Bang. Ini semua agar masyarakat terhindar dari wabah Corona itu. Kalau kunjungan sanak famili dan keluarga terdekat pasti ada Bang. Tak mungkin pulak nak dilarang keluarga awak datang," ujarnya.

Hanya saja, kalau soal protokol kesehatan (prokes), masyarakat ada yang peduli dan ada yang tidak. Mana yang peduli, mereka mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan saat berkunjung. Mana yang tak peduli itu, macam itulah.  "Abang pahamlah tu kan," ujarnya pendek.

Soal masih banyak abainya masyarakat terhadap prokes ini juga diakui Tama, warga Sungai Pakning, Bengkalis. Dia menyebutkan, masyarakat macam tak peduli betul dengan prokes tersebut.  "Aku tengok macam tak peduli betul orang ni dengan prokes Bang. Mudah-mudahanlah semuanya dilindungi Allah SWT," ujarnya.

Tama yang baru bisa mudik ke kampungnya H + 3 kemarin menyebut, kalau hari raya di kampung memang meriah. Namun, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sebelum ada wabah Corona ini tentu jauh bedanya.

Pemudik Tak Patuhi Larangan Mudik
Larangan mudik saat Idulfitri 1442 H lalu, ternyata tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat. Para pemudik cuek dan mencari segala cara untuk mudik, hingga pengetatan mudik dan arus balik yang tidak konsisten.

Terhadap persoalan itu, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Provinsi Riau, Andi Yanto tidak mau berbicara banyak. Karena kewenangan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tugas Dishub Riau.

"Memang tugas pengawasan arus mudik ini merupakan tugas tim gabungan dan salah satu kewenangan Satgas Covid-19 yang diketuai Gubernur Riau. Nanti kalau kami yang mengeluarkan pernyataan tidak sesuai dengan Satgas," ujarnya.

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook