(RIAUPOS.CO) - BERBAGAI cara dilakukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia. Salah satunya adalah dengan melibatkan langsung masyarakat untuk menjaga kawasan gambut yang ada di wilayah Pesisir Riau. Dimana, beberapa program pemberdayaan masyarakat tersebut telah mulai berjalan dan menghasilkan dampak. Yakni menjaga ekosistem gambut dan mengurangi peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang kerap melanda kawasan gambut.
Hal ini terlihat saat kunjungan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Alue Dohong PhD ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Sungai Dumai, beberapa waktu lalu. Di sana, terdapat sebuah lokasi tambak udang yang dibina langsung BRGM melalui Kedeputian Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan Kelompok Kerja Wilayah Sumatera, Sub Kelompok Kerja Riau. Tambak udang ini dikelola oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) Mundam Jaya Makmur. Di mana dengan pemberdayaan secara ekonomi, masyarakat juga berperan aktif menjaga kawasan gambut yang berada di sekitar lokasi.
Ketua Pokmas Mundam Jaya Makmur, Idam Jarot sempat berbincang dengan Riau Pos. Kata dia, sebelumnya areal tambak udang ini hanya semak belukar biasa. Yang di sekitarnya ada vegetasi lahan gambut maupun mangrove. Namun sejak BRGM masuk, lahan lebih kurang seluas 1 hektar tersebut disulap menjadi tambak udang. Ada dua tambak di satu lokasi ini. Luasnya mencapai 500 meter persegi.
“Sekali panen bisa sampai 1,7-1,8 Ton udang untuk satu kolam. Namun ada juga gagalnya. Kami pernah panen cuman dapat 200 Kg udang saja,” sebut Idam Jarot.
Meski begitu, keberadaan tambak tersebut diakui dia sangat membantu masyarakat dari sisi ekonomi. Bayangkan saja, satu lokasi tambak di kelola 15 orang. Bila ada 2 lokasi tambak, maka ada sebanyak 30 orang yang bisa bekerja dan mendapat penghasilan. Ini belum lagi masyarakat yang bekerja pada program lainnya yang merupakan binaan BRGM. Seperti pengelolaan lahan gambut menjadi kebun nenas.
“Dampaknya bagus betul. Masyarakat yang belum ada pekerjaan dapat bantuan dari BRGM bisa berkembang. Ini (satu tambak) 15 orang. Jadi kalau ada penghasilan kita akan tambah terus tambaknya. Dikembangkan,” pungkasnya.
Di tempat lain, program seperti ini juga banyak dikembangkan oleh BRGM. Sepertk di Kepulauan Meranti, Riau. Disana, masyarakat dibina untuk mengembangkan industri produk pakan ternak ayam dengan bahan dasar sagu parut kering (Sapuring). Kegiatan tersebut juga merupakan bagian program revitalisasi ekonomi yang diusung lembaga tersebut.
Kepala Kelompok Kerja Kerjasama, Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM Didy Wurjanto, mengatakan pihaknya menggandeng Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDESMA) Rumbio Nusa Mandiri dan empat Kelompok Usaha Ternak (KUT) masing-masing di Desa Bagan Melibur, Desa Mayangsari, Desa Mekarsari dan Desa Sungai Anak Kamal, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, Riau.
“Agar para peternak nantinya lebih mandiri, BRGM tak hanya memproduksi pakan ternak sapuring dan membentuk kelompok ternak, melainkan juga memberikan pelatihan manajemen bisnis dan pemasaran,” imbuhnya.
Pelatihan menajemen bisnis, sambung dia, meliputi manajemen bisnis pakan ternak sapuring, manajemen pemeliharaan ternak ayam dengan pakan sapuring, manajemen kesehatan ternak ayam, pelatihan manajemen pemasaran pakan ternak sapuring hingga pelatihan manajemen pemasaran ternak ayam KUB. Adapun pelatihan pemasaran diberikan untuk memastikan kegiatan yang BRGM berikan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.“Mereka tidak hanya bisa memproduksi tapi juga menemukan pasar dan mengelola keuangannya,” tuturnya.(gus)
Laporan AFIAT ANANDA, Dumai