JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyatakan pergerakan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia sangat lihai. Mereka kemungkinan juga ikut berpolitik hingga menyusup ke lingkungan masyarakat.
"Kami mengingatkan bahwa jaringan Jamaah Islamiyah ini sangat lihai menyesuaikan dengan kondisi keadaan yang ada. Mungkin ikut berpolitik, menyusup ke dalam masyarakat dan kemudian menggunakan cara-cara yang terlihat damai, aman," kata Kabagbanops Densus 88 Aswin Siregar kepada wartawan, Jumat (20/8/2021).
Aswin menyebut kondisi ini bisa tergambar dari sejumlah modus yang dipakai jaringan teroris ini dalam menggalang dana dari masyarakat. Seperti, menyebar kotak amal atau mengadakan kegiatan-kegiatan bernuansa Islam.
Dalam tiga tahun terakhir, kata Aswin, penangkapan tersangka teroris dari jaringan JI selalu meningkat signifikan. Menurutnya, jumlah anggota JI yang ditangkap bahkan lebih banyak dibandingkan kelompok lain.
"Pada 2019 ada 25 orang, tahun 2020 ada 64 orang dan sekarang (2021) sampai dengan Agustus saja sudah 123 orang," ujarnya.
"Dari jumlah penangkapan yang banyak, kita harus tetap waspada dan tetap istilahnya menjaga keamanan di wilayah kita masing-masing," kata Aswin menambahkan.
JI merupakan organisasi teror yang tersebar di wilayah Asia Tenggara. Kelompok ini bertanggung jawab atas rangkaian serangan bom awal milenium lalu, termasuk serangan bom Bali pada 2002 lalu.
Mabes Polri sempat menyatakan setidaknya ada 6.000 anggota dan simpatisan yang tergabung dalam JI. Mereka diduga sering berpindah-pindah tempat sampai hari ini.
Salah satu modus pendanaan kelompok ini yang berhasil terungkap ialah menggunakan badan amal dan pemberi bantuan, Syam Organizer. Mereka membagikan kotak amal dan celengan amal kepada masyarakat untuk menghimpun dana.
Uang yang berhasil terkumpul itu akan dijadikan sebagai pendanaan jaringan teroris JI. Sejumlah pejabat dari badan amal ini telah ditangkap oleh Densus 88 sejak 12 hingga 17 Agustus lalu.
Sumber: JPNN/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun