KOMUNITAS

U-Forty, di Atas 40 yang Tak Biasa

Komunitas | Minggu, 11 Juli 2021 - 11:36 WIB

U-Forty, di Atas 40 yang Tak Biasa
Keluarga besar U-Forty Riau foto bersama di sela-sela melaksanakan kegiatan di Hutan Adat Imbo Putui, Tapung, Kabupaten Kampar, beberapa waktu lalu. (KUNNI MASROHANTI/RIAUPOS.CO)

U-Forty adalah salah satu komunitas penggiat alam. Dulunya, mereka yang tergabung dalam komunitas ini adalah penggiat alam dan pendaki gunung. Dengan semangat kebersamaan komunitas ini pun lahir dengan harapan bisa memberi arti lebih bagi banyak orang.

U-Forty berada di banyak provinsi di Indonesia. Pusat ya berada di Jakarta. Pertama kali U-Forty di dirikan 21 April 2014 oleh Zidong yang saat ini menjabat sebagai ketua U-Forty di pusat. Dari sinilah U-Forty di masing-masing daerah dibentuk dengan sebutan Koordinator Wilayah (Korwil). U-Forty Korwil Riau sendiri lahir 8 Agustus 2016.


Pahrurrozi adalah nakhoda yang dipercaya untuk membawa arah kemudi U-Forty Riau hingga saat ini. Di tangannya, U-Forty Korwil Riau terus melaju dengan berbagai kegiatan. Yang terasa dalam keluarga besar U-Forty adalah kebersamaan dan semangat kekeluargaan yang luar biasa  Semua kegiatan dilaksanakan selayaknya masih muda: mendaki, kemping, bertenda dan sebagainya. Hanya saja bersama keluarga; suami atau istri dan anak-anak.

Meski masih berusia muda, U-Forty Korwil Riau sangat aktif dan tidak mau kalah dengan U-Forty  wilayah lain. Mulai dari mengikuti dan bergabung dengan komunitas lain, atau membuat kegiatan sendiri yang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat banyak. Kegiatan tersebut antara lain, bakti sosial seperti menyalurkan bantuan berupa sembako dan Alquran, jelajah alam hingga penghijauan. Beberapa waktu lalu, U-Forty Korwil Riau menggelar Bakti Sosial di kawasan Hutan Adat Imbo Putui, Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kampar. Bakti Sosial tersebut berupa penyaluran 33 paket sembako, alquran dan 130 bibit pohon.

Sehari sebelumnya, U-Forty Korwil Riau ini menyerahkan bantuan sembako di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Tepatnya di Desa Tanjung Belit. Bantuan sembako ini khusus diberikan  kepada anak-anak yatim di dua desa, yaitu Desa Aur Kuning dan Tanjung Belit sendiri. Selain Bakti Sosial, keluarga besar U-Forty juga menggelar kemping keluarga di kawasan hutan Adat Imbo Putui tersebut. Selama berkegiatan, U-Forty didampingi pemerintahan desa dan Lembaga Pengelola Hutan Adat (LPHA) Imbo Putui. 33 paket sembako dan alquran berasal dari Keluarga Melayu Riau (Kemari) alquran dan  130 bibt pohon kehidupan dari BPDAS.  

‘’Selain kemping bersama keluarga besar U-Forty, alhamdulillah kami bisa berbagi sembako, Alquran dan bibit pohon yang kami terima dari Kemari .

Penyerahan bantuan dilakukan secara sederhana di tepi Sungai Petapahan dan di antara rimbun teduh hutan Imbo Putui serta puluhan tenda milik keluarga besar U-Forty. Mereka hadir sejak Sabtu siang. Selain bakti sosial, mereka juga menggelar edukasi konservasi. Secara simbolis, sembako diserahkan oleh Rachmad, bibit pohon diserahkan oleh Pahrurrozi dan alquran diserahkan oleh Hery BM. Usai penyerahan kepada seluruh penerima, dilanjutkan dengan penanaman pohon di sekitar lokasi kemping.  Selain dihadiri keluarga besar U-Forty dan masyarakat penerima bantuan, juga dihadiri oleh Ketua Lembaga Pengelola Hutan Adat (LPHA) Imbo Putui, Habib.

Pahrurrozi, menjelaskan, keberadaan U-Forty diharapkan tidak hanya memberi warna atas keberadaan komunitas yang saat ini menjamu di Kota Pekanbaru. Tapi lebih dari itu: bisa berkontribusi bagi masyarakat dan juga bisa berbaur dengan komunitas anak-anak muda lainnya. Kolaborasi. Barangkali itulah yang tepat untuk kehadiran U-Forty Korwil Riau ini. Dalam berbagai kegiatan, U-Forty selalu hadir dan bersama-sama merawat visi dan misi, yakni melestarikan alam dan lingkungan, serta peduli dengan sesama.

Hal paling unik di U-Forty adalah panggilan bagi setiap anggota. Om, panggilan untuk lelaki dan tente untuk perempuan. Panggilan ini menunjukkan keakraban yang luar biasa. Tidak melihat siapa yang tua atau yang muda, yang pasti siap dipanggil om atau tante. Keluarga besar U-Forty juga selalu mengesankan sikap toleransi dan tenggang rasa. Tidak ada paksaan bagi anggota dalam mengikuti sebuah kegatan. Artinya, jika ada kesempatan datang, jika tidak, tidak apa-apa. Hal ini memang menjadi bagian paling penting karena anggota U-Forty memang sudah berkeluarga dan bekerja. Mereka memiliki kesibukan masing-masing. Membagi waktu antara pekerja, keluarga dan Komunitas sangat diutamakan. Meski begitu, saat waktunya kumpul, mereka selalu ada dan membiasakan untuk ada.

“Berkomunitas itu untuk menjalin silaturrahmi dan berbahagia tentunya. Tapi bagaimana supaya dengan komunitas ini bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain, inilah yang kami upayakan. Sesama anggota saling faham, saling mengisi dan bersama-sama," ungkap Pahrurrozi. Pahrurrozi sangat berharap agar U-Forty terus bergerak dalam banyak kegiatan. "Dan kolaborasi itu paling penting. Dengan bersama akan menjadi ringan," katanya lagi.(kun)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook