DITEMUKAN DI ZONA TERLARANG, DIDUGA ADA SOP DILANGGAR

11 Pendaki Meninggal, 2 Mahasiswa UIR

Sumatera | Selasa, 05 Desember 2023 - 08:57 WIB

11 Pendaki Meninggal, 2 Mahasiswa UIR
Puluhan keluarga pendaki korban erupsi Gunung Marapi menunggu kepastian nasib keluarga di Posko Penyelamatan Batu Palano, Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023). (TIM SAR GABUNGAN UNTUK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat, Ahad (3/12) memakan korban jiwa. Sebanyak 11 orang pendaki ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Dua di antaranya adalah mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR). Yakni Muhammad Adan dan Nazatra Adzin Mufadhal.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat untuk mengetahui kondisi para pendaki asal Riau yang masih belum turun dari Gunung Marapi. Informasi yang didapatkan, dari total 29 pendaki asal Riau, masih ada tiga orang yang belum ditemukan. 
Kepala Pelaksana BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan, pada Senin (4/12) pagi pihaknya mendapatkan informasi bahwa masih ada enam pendaki asal Riau yang belum ditemukan. Kemudian menjelang sore hari, tiga di antaranya sudah ditemukan.
“Informasi yang kami dapatkan, tiga orang yang berhasil dievakuasi yakni atas nama Muhammad Adan (21) dan Nazatra Adzin Mufadhal (22) yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara satu orang lagi selamat dan mendapatkan perawatan, Aditya Sukirno Putra,” katanya.


Sementara itu, untuk tiga pendaki asal Riau lainnya saat ini masih dalam pencarian. Namun, belum disebutkan nama tiga pendaki tersebut. Untuk melakukan upaya pencarian tersebut, pihaknya juga mengirimkan personel untuk membantu proses evakuasi. “Untuk tiga pendaki lagi, saat ini masih dalam proses pencarian. Kami sudah turunkan empat orang personel BPBD Riau untuk ikut membantu proses pencarian,” ujarnya.

Untuk korban yang ditemukan meninggal dunia, pihaknya saat ini masih berupaya berkomunikasi dengan keluarga korban. Jika nantinya tidak ada ambulans untuk memulangkan ke Riau, pihaknya juga akan mengirimkan ambulans.

“Kami masih coba koordinasi dengan pihak keluarga. Kalau nanti tidak ada ambulans akan kami kirimkan dari Riau. Tentunya akan kami koordinasikan juga dengan Dinas Kesehatan Riau yang memiliki armada ambulans,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokoler Universitas Islam Riau (UIR) Dr Harry Setiawan mengatakan, dua korban yang meninggal tersebut merupakan mahasiswa UIR. “Informasi yang kami dapatkan korban meninggal dunia yakni Muhammad Adan dan Nazatra Adzin Mufadhal statusnya masih dievakuasi di rumah sakit (RS) di Bukittinggi,’’ ujarnya.

‘’Kemudian, korban Aditya Sukirno Putra terkonfirmasi malam ini (malam tadi, red) selamat tetapi status terakhirnya kami belum tahu karena masih dirawat di rumah sakit. Kemudian atas nama Ilham Nanda Bintang belum ditemukan, masih dievakuasi di atas,” tambahnya.

Dikatakan Harry, M Adan merupakan mahasiswa UIR Fakultas Hukum. ‘’Berdasarkan data yang kami dapatkan, setelah kami cocokkan nama dan nomor KTP, kemudian kami cek di data mahasiswa UIR memang benar bahwa M Adan itu mahasiswa UIR,” tambahnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Mapala UIR yang sudah berangkat ke Sumbar untuk membantu mengevakuasi dan akan mengecek mahasiswa UIR yang menjadi korban akibat erupsi Gunung Marapi.

“Malam ini (kemarin, red) Mapala UIR turun dan berangkat ke lokasi untuk membantu dan juga mengecek di lokasi. Terkait detailnya kami akan mendapat data nanti dari kawan-kawan Mapala UIR di sana. Dan kami belum bisa memastikan apakah ada lagi mahasiswa UIR yang menjadi korban,” jelasnya.

Harry menegaskan, akan menyampaikan informasi lengkapnya setelah mendapatkan data lengkapnya. “Setelah kami mendapatkan informasi lengkap dari tim Mapala UIR yang berada di lokasi, nanti akan kami laporkan ke Wakil Rektor (WR) 3 UIR. Nantinya WR 3 UIR yang akan memberikan keterangan resminya,” ujarnya.

Tim SAR gabungan masih terus berupaya mencari dan mengevakuasi para pendaki yang belum ditemukan. Senin (4/12), tercatat masih ada 12 pendaki yang belum diketahui keberadaannya.

Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik menyampaikan, sekitar pukul 07.10 WIB kemarin, pihaknya mendapat laporan temuan 11 pendaki yang sudah meninggal dunia dan tiga pendaki selamat. 

Laporan itu diterima ketika Tim SAR Gabungan masih mencari 26 pendaki yang masih belum turun dari Gunung Marapi. ”Pukul 17.30 WIB, kami menerima info dari Posko Lapangan bahwa tiga korban dari 11 korban yang meninggal dunia telah berhasil dievakuasi,” ungkap, Senin (4/12) malam. 

Meski operasi SAR sempat terhenti lantaran kembali terjadi erupsi, Tim SAR Gabungan melanjutkan pencarian ketika sudah mendapat lampu hijau. Salah satu fokus mereka adalah mengevakuasi korban selamat dan korban meninggal dunia. Kemarin para korban itu ditemukan pada titik koordinat 0°23’23.73”S-100°26’57.72”T. Lokasi itu berada dalam radius 1 kilometer (km)-1,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Marapi.

Dari Posko Lapangan, para korban langsung dibawa ke RSUD Dr Achmad Mochtar. Lokasi penemuan para korban turut menjadi catatan. Sebab, data itu menunjukkan ada larangan yang diterobos. Yakni larangan masuk dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Marapi.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menuturkan, Gunung Marapi sudah lama dalam status waspada. Dengan status tersebut pengunjung dan wisatawan tidak diperbolehkan naik dengan jarak radius 5 kilometer. ”Namun, larangan dari PVMBG itu sifatnya rekomendasi ke instansi terkait,” paparnya.

Informasi dari sejumlah relawan yang melakukan evakuasi diketahui bahwa para korban meninggal dunia ditemukan berada di jarak antara 1 kilometer hingga 1,5 kilometer dari puncak kawah. ”Korban terdampak paling parah di jarak itu,” ujarnya.

Menurutnya, sejak 2011 status Gunung Marapi selalu di level II atau waspada. Status tersebut terus bertahan selama hampir 12 tahun. ”Jadi waspada itu sudah begitu lama,” terangnya dalam konferensi pers via daring kemarin. 

Dari data statistik PVMBG diketahui bahwa selama ini tidak terdapat dampak sama sekali dari letusan Gunung Marapi di radius lebih dari 3 kilometer. Yang terkena dampak letusan selalu berada di dalam radius 3 kilometer. ”Begitu karakter dari Gunung Marapi,” jelasnya.

Karakter lainnya dari erupsi Gunung Marapi didominasi aliran lava dan jatuhan material. Sangat sedikit terjadi awan panas. ”Secara visual kawah Gunung Marapi ini tidak terlihat ada apa-apa. Secara kegempaan terjadi sebulan sekali. Inilah yang menjadi dasar dari status waspada,” urainya.

Dia mengatakan dari data PVMBG diketahui sejak 2011 hingga 2018 terjadi lima kali erupsi. Erupsi itu terjadi pada 2011, 2012, 2014, 2017, dan 2018. Baru kemudian terjadi jeda sekitar empat tahun dan erupsi kembali Desember 2023. ”Saat tidak meletus itu bukannya aman, malah tidak aman. karena bersifat akumulasi menjadi lebih kuat erupsinya. Akumulasi gas di dasar kawah,” paparnya. 

Sementara itu, Ahli Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Eko Teguh menyampaikan, dalam status waspada KRB III atau kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava atau lontaran vulkanik direkomendasikan masyarakat tidak beraktivitas di sana. ”Artinya pendakian di radius 3 kilometer tidak dibenarkan,” jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, memang dapat dipastikan terjadi pelanggaran standar operasional prosedur (SOP). Pelanggaran itu bukan hanya dilakukan masyarakat yang naik ke radius 3 kilometer, tapi juga dilakukan oleh para pihak yang tidak memberikan informasi. ”Instansi terkait,” terangnya. 

Dia mengatakan, seharusnya instansi terkait mengingatkan dan memberitahukan saat pembelian tiket. Bahwa dilarang untuk mendaki hingga radius 3 kilometer dari puncak kawah. ”Ini yang seharusnya dilakukan,” paparnya.

Diketahui bahwa instansi yang berwenang dalam mengatur pendakian adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dalam hal ini BKSDA Sumatera Barat. Sayangnya, dikonfirmasi terkait mengapa pendaki masih naik hingga radius 3 kilometer, Pelaksana Harian BKSDA Sumatera Barat Eka Damayanti tidak merespons. Panggilan telepon dan pesan singkat dari Jawa Pos (JPG) tidak dibalas.

Sesuai data Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 75 pendaki yang naik ke Gunung Marapi saat terjadi erupsi. Data tersebut berbeda dengan yang disampaikan BKSDA Sumatera Barat. Yakni hanya 70 pendaki. Sesuai data BNPB, dari 75 pendaki itu 54 pendaki masuk dari pintu Batu Palano dan 21 orang masuk dari pintu Koto Baru. 

Dari 75 pendaki tersebut telah dievakuasi turun sebanyak 49 orang dalam selamat. Lalu, terdapat dua selamat yang masih dievakuasi, satu orang selamat telah berhasil dievakuasi, tiga orang meninggal dunia sudah dievakuasi, delapan orang meninggal dunia masih dalam proses evakuasi, dan 12 orang masih dalam pencarian. ”Untuk 11 orang yang meninggal dunia masih dalam proses identifikasi,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

Saat ini Tim BPBD juga tengah memonitor perkembangan erupsi Gunung Marapi. Tujuannya tidak lain agar bisa dilakukan tindakan cepat untuk evakuasi warga bila terjadi aktivitas vulkanik yang lebih besar. ”Kami imbau pendaki, wisatawan, pengunjung tidak masuk ke kawasan dengan radius 3 kilometer,” paparnya kepada awak media kemarin.

SAR Pekanbaru Turun
Sementara itu, Kantor Search and Rescue (SAR) Pekanbaru memastikan menurunkan tim untuk membantu penyelamatan korban Erupsi Gunung Marapi. Setidaknya 10 penyelamat terlihat siap-siap meninggalkan Kantor SAR Pekanbaru Jalan Jenderal Sudirman ujung.

Sebuah truk yang dilengkapi berbagai peralatan penyelamatan dan mobil pengangkut terlihat bersiaga. Tim ini dilepas Senin (4/12) sore usai apel singkat. Humas Kantor SAR Pekanbaru Kukuh Widodo memastikan, tim tersebut akan diturunkan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan.

Seperti diketahui, masih terdapat sejumlah pendaki yang masih belum turun dari gunung di tengah erupsi hebat di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) tersebut. ‘’Kantor SAR Pekanbaru menurunkan tim untuk ikut ambil bagian pada misi penyelamatan korban erupsi  Gunung Merapi. Tim bertolak sore ini (kemarin, red),’’ sebut Kukuh.

Para penyelamat dari SAR Pekanbaru akan bergabung dengan tim lainnya di Provinsi Riau. Mereka akan bergabung, diantaranya, bersama Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau.

Kepala Basarnas Pekanbaru Budi Cahyadi menambahkan, berdasarkan hasil koordinasi dengan Basarnas setempat dan juga unsur terkait lainnya, pihaknya langsung memberangkatkan personel. “Kami berangkatkan 10 orang personel Basarnas Pekanbaru,” kata Budi.

Sesampainya di lokasi, tim akan langsung berkoordinasi dengan unsur terkait lainnya di lapangan. Pihaknya berharap, agar proses evakuasi lancar dan para korban dapat segera ditemukan.(sol/ end/dof/ idr/syn/das)

Laporan TIM RIAU POS dan JPG, Pekanbaru dan Jakarta









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook