BATAM (RIAUPOS.CO) -- Pekan lalu masyarakat Singapura dikejutkan dengan dengan isu penularan cacar monyet atau dikenal dengan monkeypox virus. Kasus pertama infeksi penyakit langka ini di Singapura yang terindikasi dibawa oleh warga negara Nigeria pada 8 Mei lalu dan menginfeksi sekitar 23 orang.
Dikutip Channel News Asia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura melaporkan, warga negara Nigeria tersebut dipastikan terjangkit virus penyakit monkey pox. Kemenkes Singapura juga menegaskan cacar monyet ini baru kasus pertama yang terjadi di sana. ”Kepada kami pasien mengaku sebelum kunjungannya ke sini, dia sempat menghadiri acara pernikahan di Nigeria. Kemungkinan besar ia mengonsumsi daging hewan liar di pesta itu. Dan bisa jadi itu sumber penularan virus monkey pox,”ujar Juru Bicara Kemenkes Singapura MoH.
Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh virus dan ditularkan pada manusia melalui hewan, terutama di kawasan Afrika Tengah dan Barat. Umumnya penularan diakibatkan oleh kontak dengan hewan terinfeksi, seperti tikus atau hewan pengerat lain.
Sementara itu masyarakat Batam tidak perlu panik dengan isu penularan cacar monyet. Pasalnya risiko penyebarannya rendah dan rumah sakit di Batam, khususnya Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam bisa segera mengatasinya.
“Kepada masyarakat diminta tidak perlu panik karena virus tersebut dapat segera diatasi bila segera ditangani,” kata Direktur RSBP Batam Sigit Riyanto, Senin (13/5).
Meskipun risiko penyebarannya rendah, lanjut Sigit, pihaknya dalam hal ini RSBP Batam siap menerima apabila terdapat pasien terindikasi penyakit menular tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, sampai sejauh ini belum ada informasi adanya kasus monkeypox di Bumi Lancang Kuning. Namun pihaknya tetap waspada sehubungan adanya penerbangan langsung (direct flight) Singapura ke Pekanbaru. Sehubungan dengan ini pihaknya telah meminta kepada Kepala Kantor Kesehatan Pelabulan di Pekanbaru untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap para penumpang pesawat dari Singapura dan Batam.
Editor: Eko Faizin