Yang jelas kami selidiki. Kami lihat siapa nanti pasien positif yang pernah kontak
JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- JURU Bicara Pemerintah untuk coronavirus disease 2019 (Covid-19) Achmad Yurianto kembali mengumumkan jumlah pasien yang positif corona. Kini total ada 27 orang. Satu di antaranya masih belum diketahui mengalami penularan oleh siapa.
Ada delapan orang yang dikonfirmasi Covid-19. Dalam pengumuman tersebut, Yuri hanya menyebutkan nomor kode pasien, jenis kelamin, dan usia. Dari delapan orang itu, dua orang merupakan sub cluster kasus Jakarta. Masing-masing perempuan berusia 70 tahun dan 47 tahun. Selain itu ada lima orang yang tertular setelah berkunjung dari luar negeri. Sayangnya, Yuri enggan menyebutkan negara mana.
"Pasien kode 23, perempuan 73 tahun kondisinya sedang menggunakan ventilator karena faktor komorbid (penyakit bawaan, red) lumayan banyak. Kondisinya stabil," ucapnya.
Dari kasus ini ada dua orang yang merupakan warga negara asing. Pasien nomor 27 mendapat perhatian khusus. Pasalnya, pasien laki-laki berusia 33 tahun itu belum diketahui tertular dari siapa. Yuri menyatakan bahwa pasien tersebut setelah ditelusuri bukan berasal dari cluster Jakarta. Pasien juga sebelumnya tidak ke luar negeri.
"Yang jelas kami selidiki. Kami lihat siapa nanti pasien positif yang pernah kontak," ungkapnya.
Yuri menduga kasus ini merupakan local transmission. Selain itu dia menyatakan bahwa setelah kasus ini, tak lagi menghitung jumlah pasien suspect. Alasannya, kasus suspect akan terus banyak. "Ada suspect jadi positif dan tidak," ujarnya.
Dia menyatakan bahwa Indonesia masih mampu untuk menangani kasus Covid-19. Misalnya saja untuk tes laboratorium, Balitabangkes baru saja mendapatkan 10.000 Polymerase Chain Reaction (PCR). Alat tersebut digunakan untuk uji laboratorium yang hasilnya bisa dilihat dalam sehari. Kementerian Kesehatan juga tengah melakukan penelitian bagi laboran di daerah. Sejauh ini ada sepuluh laboratorium yang disiapkan di daerah.
"Meski nanti yang menyatakan positif harus Balitbangkes,"
Soal alat pelindung diri (APD) pun dia yakin masih terpenuhi. Sebelumnya ada pemberitaan salah satu rumah sakit di Tasikmalaya, Jawa Barat, kehabisan baju APD sehingga menggunakan jas hujan. Yuri menyatakan bahwa APD dikoordinasikan propinsi.
"Kami juga telah menemukan importir selain Cina. Ada India dan Den Haag serta negara lain," ucapnya.
Melihat kasus yang semakin banyak, pemerintah t etap melakukan tindakan yang sebelumnya pernah dilakukan. Misalnya saja contact tracing atau menelusuri siapa saja yang pernah berhubungan dengan pasien positif Covid-19. Di pintu masuk negara pun patut diperketat. Mengingat kasus ini acap kali tidak bergejala, maka health alert card (HAC) menjadi penting.
"Kalau tidak terlacak thermal scaner mungkin masih masa inkubasi atau muncul gejala ringan tapi sudah diobati sehingga panasnya turun. HAC yang paling berfungsi karena akan dipantau," ujarnya. Pengisian HAC secara jujur diperlukan. Sejauh ini, tidak ada larangan berpergian meski melihat kasus Covid-19 di Tanah Air sudah ada 27 orang. Larangan hanya ke Italia, Iran, dan Korea Selatan saja.
Sementara itu anggota Komisi IX DPR Dewi Aryani mengatakan, berdasarkan informasi yang dia dapat bahwa prosedur dan proses yang dilakukan dalam melakukan tes terhadap pasien Covid-19 memakan waktu antara 3-5 hari. Selanjutnya, semua tes swab pasien dikirim ke Kemenkes untuk diuji dan hasilnya dikembalikan lagi ke rumah sakit rujukan dengan rentang waktu antara 3-5 hari.
"Itu pun masih di wilayah Pulau Jawa. Bagaimana jika rumah sakit rujukan berada di luar Pulau Jawa dengan lokasi yang jauh dari pusat kota dan bandara," ucap dia.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR itu mengatakan, Menkes sebaiknya jujur terkait jumlah alatnya dan berapa jumlah pasien yang sudah dites. Singapura, Korea dan beberapa negara lainnya sudah melakukan tes kepada puluhan ribu, bahkan ratusan ribu orang. Anehnya, kata dia, Indonesia hanya melakukan tes kepada 300-an orang saja. Tentu hal itu tidak masuk akal dengan luasan wilayah dan pintu masuk ke Indonesia yang begitu banyak dan beragam. Dia mendesak pemerintah lebih terbuka. Pemerintah juga harus segera melakukan langkah cepat untuk menambah alat dan jumlah orang yang dilakukan tes. Bukan untuk membuat panik, tapi lakukan secara proporsional merata di semua provinsi.
"Jangan anggap sepele dan santai menyikapi hal ini," ujar Dewi.
Sebagai upaya mengantisipasi penularan dan penyebaran Covid-19 melalui jalur transportasi udara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bersama Komite FAL melakukan pengawasan secara intensif. Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali misalnya. Pemeriksaan tidak hanya dilakukan di terminal kedatangan Internasional tetapi juga di terminal kedatangan domestik. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku dan dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan personel perbantuan dari PT Angkasa Pura I dan TNI AU.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie menyampaikan agar seluruh anggota FAL Bandara untuk terus saling berkoordinasi. "Tetap memperhatikan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pengguna transportasi udara," ujarnya.(lum/lyn/ted)
Laporan JPG