Bukan Berat Badan yang Bahaya, Tapi Komposisi Lemaknya

Kesehatan | Minggu, 10 September 2017 - 10:47 WIB

Bukan Berat Badan yang Bahaya, Tapi Komposisi Lemaknya
internet

(RIAUPOS.CO) - BICARA soal bahaya kegemukan, berat badan kini tidak selalu menjadi indikasi tubuh Anda sudah ideal atau belum. Untuk memastikannya, hasil perhitungan dengan indeks massa tubuh atau komposisi masa tubuh bisa Anda dapatkan.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah sistem perhitungan yang menghasilkan angka dari pembagian berat dengan tinggi badan kuadrat. Angka yang dihasilkan dari perhitungan tersebut bisa digunakan untuk melihat apakah tubuh Anda sudah ideal atau belum. Secara umum, para ahli merekomendasikan angka 18,5 kg/m2 - 24,9 kg/m2 sebagai angka ideal.

Baca Juga :Diet Defisit Kalori Turunkan Berat Badan, Ini Makanan yang Harus Dihindari

Angka di bawah 18,5 berarti tubuh Anda kurang ideal, sementara di antara angka 25-29,9 berarti kelebihan berat badan. Sementara itu, indeks massa tubuh 30 artinya Anda obesitas dan harus serius mengontrol gaya hidup.

Lingkar Pinggang, Mana yang Jadi Patokan Bobot Ideal?

Berbeda dengan IMT, pengukuran komposisi masa tubuh dilakukan hanya untuk mengukur masa lemak dalam tubuh. Masa lemak yang terbaca dalam pengukuran ini akan lebih membantu mereka yang tengah berusaha menurunkan berat badan daripada dengan IMT.

Dikutip dari HealthStatus, ada dari mereka yang memiliki IMT tinggi namun komposisi lemak di tubuhnya normal. Orang demikian bisa dipertimbangkan lebih sehat daripada orang-orang dengan IMT normal sementara masa lemaknya berlebih.

Menurut para ahli, komposisi lemak tubuh yang normal untuk perempuan adalah 22-25 persen. Sedangkan pada laki-laki, yang normal adalah 15-18 persen. Perempuan yang memiliki komposisi lemak 29-35 persen dianggap kelebihan berat badan dan bagi laki-laki lebih dari 20 persen.

Seperti diketahui, kegemukan yang disebabkan penimbunan lemak dianggap berbahaya karena lemak tubuh berlebih merupakan faktor risiko banyak penyakit. Misalnya, kelebihan lemak yang terakumulasi di sekitar organ vital dikaitkan dengan diabetes, penyakit jantung, hipertensi, sampai kanker. (int/noi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook