PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kanker menjadi salah satu penyakit mematikan untuk kategori penyakit dalam. Baik di tingkat lokal, nasional hingga internasional. Melalui momen hari kanker sedunia yang jatuh pada 4 Februari, Riau Pos berkesempatan berbagi cerita dengan salah satu penderita kanker yang memiliki segudang cerita pilu. Begitu juga dengan tips dan pandangan medis dokter yang menekuni penyakit yang masih menjadi momok negatif masyarakat tersebut.
Pria itu bernama Sutarman. Warga Jalan Kuantan 1 Kelurahan Sekip Kecamatan Lima Puluh, Pekanbaru. Saat ini telah sembuh. Dikatakannya, kanker usus yang dideritanya beberapa waktu lalu sungguh tidak diduganya. Bahkan untuk memulihkan kesehatannya, dia selalu berulang mencari obat dan ke rumah sakit. Diceritakan Sutarman, pertama kali sebelum divonis mengidap kanker, awalnya dia seperti orang yang terus mengalami diare pada 2017 lalu. Karena tidak ada perubahan, dia memutuskan dibawa ke RS Petalabumi.
“Awalnya USG sampai lima kali. Saat itu masih nggak ketahuan juga bahwa saya mengidap kanker,” kata Sutarman berkisah.
Bahkan menurut pria yang memiliki motivasi tinggi untuk sembuh itu dalam keadaan sakit ia terus mencari obat. Dari obat Cina sampai obat herbal ke Batu Taba di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar). Pada saat berobat di Sumbar, dia dikatakan tukang obat bahwa penyakit yang ia idap sudah parah. Karena badan lemah dan mencret terus dirinya memutuskan kembali ke Pekanbaru. Untuk mengetahui penyakit yang diderita, pada saat itu tepatnya 10 Oktober 2017, ia mencoba memeriksa ke RS Eka Hospital. Setelah diperiksa baru ketahuan ternyata dia mengidap kanker. “Sudah tahu saat itu langsung dioperasi di Eka Hospital pada 25 Oktober,” ujarnya.
Saat itu dijelaskannya dari keterangan dokter dirinya terkena kanker usus stadium tiga. Setelah dioperasi karena usus tidak beroperasi lagi, lalu dipotong sepanjang 10 cm. “Waktu itu setelah dipotong dibuatkan kantong di luar perut,” ujarnya lagi.
Setelah dilakukan operasi ia kembali dirujuk ke RSUD Arifin Achmad untuk pelaksaan kemo (untuk membuang kanker yang tinggal).
“Melaksanakan kemo 12 kali. Dilaksanakan dua minggu sekali. Jika dijumlahkan selama pengobatan memakan waktu setahun dua bulan,” bebernya.
Hingga pada saat ini penyakit yang dia derita itu telah sembuh. Diceritakannya, asal muasal kanker itu, kata dokter yang menanganinya, bisa saja karena merokok, minum kopi dan makan tidak teratur.
“Ya, karena dulu saya pulang kerja kadang jam tiga dini hari. Di sana saya selalu makan mi instan, teh es setiap malam. Mungkin karena itu,” ujarnya masih bersemangat dengan kisah hidupnya itu.
Dengan pengalaman yang dideritanya, ia berpesan dan menyarankan kepada masyarakat Pekanbaru, khusus anak muda agar selalu menjaga pola makan dan mengurangi minum kopi dan minum es tengah malam.
“Sayangi diri. Karena kalau sudah sakit, selain biaya besar kita tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Sutarman sambil meneteskan air mata.