CERITA SUTARMAN, PENDERITA KANKER USUS YANG SEMBUH

Usus Dipotong hingga Kantong Luar Perut

Kesehatan | Senin, 04 Februari 2019 - 10:59 WIB

Usus Dipotong hingga Kantong Luar Perut
Sutarman. (ISTIMEWA)

Penderita kanker di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Data 2018, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Kelompok peneliti kanker dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, setidaknya ada 18 juta kasus kanker dengan jumlah kematian sebesar 9 juta jiwa di tahun 2018.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan prevalensi kanker meningkat dari 1,4 persen di tahun 2013 menjadi 1,8 persen di 2018. Bahkan pengeluaran negara untuk mengobati pasien penderita kanker hampir mencapai Rp2 triliun/tahun. Seperti diungkapkan Phatologist Dr Wiwit Ade FW M Biomed SpPA kepada Riau Pos, Ahad (3/2).

Baca Juga :Akupuntur Bisa Jadi Pilihan Terapi Pasien Stroke

Ia menyebut setiap orang bisa berisiko terkena kanker. Ada berbagai macam faktor penyebab kanker. Di antaranya karena genetik, lingkungan dan gaya hidup. Di samping itu, kebiasaan-kebiasaan yang turut memicu timbulnya kanker harus diwaspadai.

“Nah, kanker sendiri sebetulnya bisa dicegah. Dengan deteksi dini. Jadi masyarakat harus tau cara pencegahannya,” sebut pengurus IDI Wilayah Riau tersebut.

Dalam upaya pencegahan, Dr Wiwit memberikan beberapa tips sederhana agar masyarakat bisa terhindar dari kanker. Ia menyebutnya dengan Cerdik. Yakni cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin berolahraga, diet seimbang, istirahat cukup dan kelola stres.

“Selain pencegahan yang tak kalah penting adalah deteksi dini. Contohnya pada kanker serviks bisa dengan inspeksi visual asetat (IVA). Yaitu inspeksi visual di leher rahim dengan asam asetat. Untuk kanker payudara dapat dengan periksa payudara sendiri atau sadari,” paparnya.

Untuk pengobatan, dia menyarankan pengidap baik gejala atau sudah terdeteksi kanker harus langsung ke dokter spesialis sesuai dengan jenis kanker. Karena saat ini seluruh jenis kanker sudah ada personlize teraphy. Beda dengan dulu yang seluruh jenis kanker ditangani oleh dokter atau obat yang sama.

“Kita harus ke dokter yang sesuai dengan jenis kanker supaya tetap diterapi personlize teraphy. Jangan takut mitos diterapi kanker lebih parah. Karena sekarang terapi kanker sudah berdasarkan diagnosa,” imbuhnya.

Diakui dia, pengidap kanker saat ini masih banyak yang takut serta menganggap tabu penyakit yang diderita. Maka dalam kasus ini perlu adanya pengetahuan lebih bagi pengidap tentang bagaimana upaya dalam menyembuhkan kanker.

Soal hari lanker sedunia yang jatuh hari ini, Senin (4/2), Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kementerian Kesehatan RI, dikatakan Wiwit mengimplementasikan dengan mengadakan rangkaian kegiatan. Di mana kegiatan itu dibuat dalam gerakan nasional peduli kanker termasuk aksi dan promosi edukasi “Kita Bisa. Aku Bisa”.

“Tema ini diharapkan bisa menjangkau masyarakat secara kolektif maupun individual untuk menjalankan peranannya masing-masing untuk mengurangi beban akibat kanker. Masing-masing orang bisa melakukan tindakan untuk mengurangi dampak kanker kepada orang lain, keluarga dan komunitas,” tambahnya.***

Laporan SAKIMAN dan AFIAT ANANDA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook