SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Dapresi diduga kuat menjadi penyebab seorang pemuda asal Kepulauan Meranti mengakiri hidup dengan cara bunuh diri. Ia ditemukan tewas gantung diri di tiang plafon rumah, Ahad (23/10) sekira pukul 08.00 WIB.
Pemuda berinisial Ar (21) ditemukan sudah tak bernyawa dalam rumahnya di Selatpanjang, Kecamatan Tebingtinggi yang diketahui pertama kali oleh seorang temannya bernama Ridho.
Melihat kondisi sahabatnya, Ridho kaget dan langsung memotong tali tambang kecil warna putih yang terikat dan menurunkan korban. Selanjutnya memberitahukan kepada masyarakat yang berada di sekitar tempat kejadian.
Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Andi Yul Lapawesean Tendri Guling SIK MH melalui Kepala Satuan Reskrim AKP Arpandy SH MH membenarkan adanya peristiwa tersebut.
AKP Arpandy, sesuai keterangan dari keluarga korban mengatakan, tewasnya korban akibat murni bunuh diri karena diduga depresi akibat gagal menikah.
"Dari keterangan keluarga, korban meninggal bunuh diri. Kita belum tahu indikasi penyebab korban gantung diri. Namun, dari keterangan keluarga didapat informasi bahwa sebelumnya korban sudah bertunangan dan ingin menikah namun rencana tersebut sudah dibatalkan oleh korban sendiri," beber Arpandy.
Adapun barang bukti yang diamankan yakni satu utas tapi tambang kecil berwarna putih. Namun pihak keluarga juga tidak bersedia dilakukan otopsi dengan membuat surat pernyataan tidak akan melakukan penuntutan atas peristiwa tersebut.
Ditambahkan oleh Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Andi Yul Lapawesean Tendri Guling SIK MH tidak menampik kejadian serupa berulang di Kepulauan Meranti. Menurutnya kondisi ini dominan dipicu oleh faktor sosial dan ekonomi.
"Iya sudah berulang. Seperti kasus sebumnya sempat terjadi pada pertengahan tahun ini. Terserang strok dan tekanan ekonomi langit juga mengakhiri hidupnya," cerita Andi.
Untuk menekan terjadinya kejadian serupa, pihaknya terus berupaya untuk mengedepankan unit binmas yang terus menggandeng tokoh spiritual agama, masyarakat, pemuda, dan budaya untuk melakukan kegiatan yang positif.
Salah satunya mengaktifkan kembali kegiatan kegiatan rohani di pusat permukiman. Selain itu mereka juga rutin memberikan dukungan kepada kelompok pemuda untuk mengadakan rangkaian perlombaan yang bermanfaat.
"Paling tidak seluruh generasi ikut serta terhadap rangkaian yang kegiatan positif sehingga tidak mudah depresi dan melakukan hal-hal bermanfaat baginya dan lingkungan sekitar," ujarnya.(wir)