RIAU

Bisa Swasembada dalam Dua Tahun

Kampar | Kamis, 19 Agustus 2021 - 09:36 WIB

Bisa Swasembada dalam Dua Tahun
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Riau Drs Yusri MSi (ISTIMEWA)

KAMPAR (RIAUPOS.CO) - Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Riau Drs Yusri MSi optimis Kabupaten Kampar bisa mencapai swasembada beras dalam dua atau tiga tahun ke depan. Namun untuk mencapai target itu, setidaknya dua syarat mutlak harus berjalan beriringan.

''Pertama, petani padi kita harus berpikir menanam pandi untuk industri, untuk bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan beras di rumah. Petani kita dari dulu begitu, menanam hanya untuk kebutuhan pribadi. Kadang, selagi masih ada beras di rumah, mereka belum akan menanam lagi di ladang. Pola seperti ini yang harus dirubah,'' ungkap Yusri.


Untuk merubah pola menanam padi ke arah bisnis centris itu sudah dimulai oleh KTNA Riau di Kampar dengan menanam bibit padi unggul dan khusus. Tahun ini menurut Yusri sudah ada petani yang sudah menanam dua kali. Seperti di Desa Pulau Birandang, Kecamatan Tambang.

''Yang kedua untuk mencapai swasembada itu adalah dukungan pemerintah. Para petani tentu fokus bertani, tapi kebijakan ada di pemerintah,'' ujar Yusri, yang kendati menjabat Sekretaris Daerah (Sekda), namun memposisikan diri sebagai petani pada kesempatan Rabu (18/8).
 
Menurut Yusri, swasembada beras di Kampar bukan hal yang tidak mungkin. Hal itu jika melihat rasio jumlah penduduk dan luas lahan tanam padi yang ada saat ini. Bahkan menurut Yusri, dengan dukungan teknologi dan bibit unggul saat ini, lahan yang sudah ada saja sudah mencukupi untuk mencapai cita-cita tersebut.

 Yusri menyebutkan, saat ini untuk swasembada beras tidak lagi berbicara soal seberapa luas laham lagi. Tapi petaninya yang harus mau dan tentunya, ada dukungan penuh pemerintah sebagai penyokong.

 ''Saya yakin, dengan kondisi saat ini, menanam dua kali saja dalam setahun, petani Kampar sudah bisa jual beras. Lihat petani beras di Sumbar, mereka tanam padi, kita juga tanam padi. Kita masih begitu-begitu saja, tapi mereka kaya. Kenapa, karena mereka tanam padi sampai tiga kali setahun, mereka nanam dengan pola industri, menanam pandi untuk bisnis, untuk dijual,'' sebut Yusri. (kom)

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Bangkinang









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook