KAMPAR (RIAUPOS.CO) -- Rusdianto, pria berusia 47 tahun warga RT 01, RW02, Dusun I, Desa Tanjung Rambutan, Kecamatan Kampar terbaring lemah di rumahnya. Tumor ganas yang mengidap mulutnya membuat bapak dua anaknya tak berdaya. Tumor yang dideritanya mulai memperlihatkan tanda-tanda sekitar dua tahun lalu.
Awal dari penyakit yang merenggut kebebasannya bergeraknya ini hanyalah sariawan biasa. Merasa hanya sebuah sariawan, Rusdianto melanjutkan kegiatan sehari-harinya sebagai buruh tadi. Namun lama kelamaan, sariawan itu semakin parah dan membesar. Hingga akhirnya dirinya divonis dokter mengidap tumur ganas di bagian mulut.
Kepala Desa (Kades) Tanjung Rambutan Dedi Wahyudi menyebutkan, sejak 1,5 tahun lalu Rusdianto menderita tumor ganas. Sejak saat itu pria malang itu tidak bisa bekerja. Padahal dua anaknya masih dalam masa wajib sekolah.
"Kini Rusdianto tak bisa ke mana-mana lagi. Hanya berbaring saja di rumahnya. Kebetulan warga Saya ini dari keluarga kurang mampu, jadi untuk berobat cukup sulit. Sejauh ini baru ada bantuan dari masyarakat sekitar. Beberapa hari lalu ada Kapolsek dan Camat. Kami berharap warga kami ini bisa cepat berobat dan dapat bantuan dari pemerintah," sebut Dedi, Senin (10/2).
Tidak hanya mencari nafkah terhenti. Aktivitas orang normal pada diri Rusdianto juga harus terhenti. Untuk makan saja dirinya harus dibantu menggunakan sedotan. Karena hanya bisa makan dengan sedotan, hanya bubur nasi yang bisa ditelanya. Kini bahkan Rusdiyanto sudah tidak lagi bisa membuka mulutnya.
Menurut Dedi, Rusdianto sudah pernah dibawa ke Pekanbaru untuk menjalani pemeriksaan medis. Dari pemeriksaan itu, lanjut Dedi, Rusdianto harus dirujuk ke Jakarta. Menurut dokter saat itu, rahang dan mulut Rusdianto harus dibedah. Selain konsekuensinya berat, ketiadaan biaya membuat pengobatan ke Jakarta itu tidak pernah terjadi.
"Kalau solusinya dokter waktu itu mulut dan saluran napasnya harus dioperasi. Untuk pernapasan dan makanan dipindahkan ke kerongkongan. Tinggal itu saja solusinya kata dokter. Tapi keluarga mengupayakan pengobatan alternatif," terangnya.
Keluarga juga dipusingkan biaya pendidikan kedua anaknya. Istri Rusdianto yang hanya seorang ibu rumah tangga, tidak banyak yang bisa diperbuatnya untuk menafkahi keluarga. (end)