KAMPAR (RIAUPOS.CO) - TERKAIT banyaknya hewan peliharaan masyarakat yang mati mendadak di beberapa wilayah Kabupaten Kampar dalam beberapa waktu belakangan ini, Sekretaris Daerah Kabupaten Kampar Drs Yusri MSi memerintahkan seluruh dokter hewan dan perangkatnya untuk segera turun langsung ke Kecamatan XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu.
Hal itu disampaikan Drs H Yusri MSi dalam amanatnya, saat memimpin apel gabungan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar di halaman Kantor Bupati Kampar, Senin (5/9).
Yusri menegaskan, saat ini di Kabupaten Kampar sudah banyak terjadi hewan mati secara mendadak, sebanyak 5 bahkan sampai 20 ekor setiap hari mati khususnya di Koto Kampar Hulu dan XIII Koto Kampar.
Untuk itu langkah awal, Yusri minta dinas terkait untuk melakukan turun langsung guna cek langsung apa penyebab kematian hewan tersebut. Apakah kematian akibat kasus penyakit mulut dan kuku (PMK), atau penyakit lainnya.
"Apapun penyakitnya nanti, lakukan vaksin massal. Apabila wabah ini PMK, maka dalam hal ini secara aturan. Pemerintah sudah mewacanakan pemberian uang ganti rugi terkait hewan ternak milik peternak yang mati karena terserang PMK ini,"terang Yusri.
Selanjutnya dalam hal lain, Yusri juga mengharapkan kepada seluruh ASN agar terus meningkatkan sumber daya manusia. Dalam meningkatkan jenjang karir ini, baik para eselon, ASN maupun THL untuk bisa meningkatkan jenjang pendidikannya melalui kuliah mengejar sarjana, S2 ataupun S3.
Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan drh Deyus Herman menjelaskan, masih kekurangan tenaga medis. Sekarang ini dokter hanya 14 orang, 6 orang di kantor, dan 8 orang di lapangan.
"Ada 21 kecamatan yang harus diawasi. Jadi kita masih kekurangan dokter hewan. Perlu ada penambahan dokter hewan, minimal satu kecamatan satu dokter hewan," jelas Deyus Herman.
Deyus Herman menambahkan, ada kasus penyakit SE (Septicemia Epizootica) atau penyakit ngorok menyerang ternak kerbau sekitar tanggal 16 Agustus lalu.
"Kalau ada hewan ternak mati jangan dibuang ke sungai tetapi lebih baik dibakar saja. Ada enam ekor kerbau mati karena penyakit ngorok di Gunung Bungsu," jelas Deyus Herman.
Deyus Herman mengatakan, yang dipotong paksa ada tujuh ekor. "Dinas Perkebunan, Peternakan dan Keswan Kampar sudah turun melakukan pengobatan pada ternak yang sakit, dan sebagian sudah divaksin pada ternak yang sehat," jelas Deyus.(hen)