KAMPAR (RIAUPOS.CO) - Kasus penyakit ngorok atau sepricaemia epizootica (SE) kembali menyerang ternak kerbau. Kali ini di Desa Sungai Pagar, Kecamatan Kamparkiri Hilir, Kabupaten Kampar, baru-baru ini.
"Sekarang sudah mulai reda, ada sekitar 10 ekor lebih ternak kerbau mati karena diserang penyakit ngorok. Ini disebabkan juga karena banjir yang melanda Desa Sungai Pagar," jelas Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Ali Sabri melalui Kabid Kesehatan Hewan, drh Deyus Herman, Senin (3/4).
Deyus Herman mengatakan, akibat banjir ini, sehingga padang pengembalaan ternak tergenang air. Air juga menggenangi perkebunan sawit tempat kerbau bermain. Ini juga yang menyebabkan penyakit ngorok di Desa Sungai Pagar.
"Sudah kita antisipasi dan tim dari Disbunak Keswan dan Balai Veteriner Bukittinggi sudah turun ke lapangan untuk mengecek kondisi kerbau yang terserang penyakit ngorok," katanya.
Deyus Herman menambahkan, untuk mengantisipasi penyakit ngorok ini sudah melakukan kepada kerbau yang masih sehat. Kerbau yang dilepasliarkan ini agar tidak terjangkit dibawa ke rumah.
"Kalau dilepas, kerbau-kerbau ini susah mencari makan. Makanya warga banyak membawa kerbaunya pulang ke rumah. Umumnya masyarakat di Kabupaten Kampar ini beternak kerbau dilepasliarkan di padang-padang kerbau," jelasnya.
Dia mengatakan, karena salah faktor karena pangan jadi kondisinya lemah jadi terserang penyakit ngorok ini. Kabupaten Kampar ini sudah masuk daerah endemi penyakit ngorok.
"Kita sudah melakukan antisipasi supaya penyakit ngorok ini tidak meluas dengan melakukan pengobatan, vaksinasi ternak kerbau," tegasnya.
Deyus Herman menambahkan, bupati sudah mengeluarkan surat edaran terkait wabah penyakit ternak di Kabupaten Kampar ini. "Kita sudah menyerahkan surat kepada seluruh camat se-Kabupaten Kampar," tegasnya.(gem)
Laporan KAMARUDDIN, Bangkinang