HONGKONG (RIAUPOS.CO) -- Penduduk Hongkong berang. Mereka turun ke jalan pada Ahad (28/4) untuk menentang rancangan undang-undang (RUU) tentang ekstradisi. Intinya, para pelaku kriminal bisa diekstradisi ke Cina, Macau, Taiwan, dan negara-negara lain yang tidak memiliki perjanjian dengan Cina.
Itu membuat penduduk merasa terancam. ”Mereka (yang diekstradisi, red) harus menghadapi sistem hukum yang tidak adil di Cina,” ujar aktivis dan mantan legislator Cina Leung Kwok-hung.
Penyelenggara aksi menyatakan, ada sekitar 130 ribu orang yang ikut aksi. Namun, polisi mengatakan bahwa hanya ada 22.800-an orang yang ambil bagian. Massa membawa payung kuning dan memakai kaus dengan warna tersebut. Itu mengingatkan demo prodemokrasi pada 2014 lalu.
Cina memang merupakan bagian dari Cina. Tapi, mereka memiliki sistem hukum yang berbeda. Istilahnya, satu negara dua sistem. Cina diserahkan Inggris ke Cina pada 1997 lalu. Penduduk Cina ingin mereka memiliki kebebasan seperti saat mereka masih di bawah kekuasaan Inggris.
Aksi berjalan damai selama tiga jam. Massa berjalan melewati distrik pusat perbelanjaan Causeway Bay dan Wanchai. Sebagian massa bertahan hingga petang di luar kantor Dewan Legislatif dan Pusat Pemerintahan.
Massa meminta Pemimpin Eksekutif Cina Carrie Lam mundur. Lam dituding telah menjual Cina dengan mengusulkan RUU ekstradisi itu. Beberapa demonstran berdandan seperti polisi Cina. Mereka menjaga demonstran lain yang seakan-akan ditawan di balik jeruji besi. ”Presiden Xi Jinping, tidak ada legalisasi penculikan rakyat Hongkong ke Tiongkok,” bunyi tulisan spanduk yang dibawa demonstran.
Selama ini beberapa penduduk Hongkong memang sempat ditawan di Tiongkok. Mereka yang dianggap pembangkang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Bahkan, keluarga mereka tidak diberi tahu keberadaannya.
Pada 2015, ada lima penjual buku Hongkong yang diculik Tiongkok karena menjual buku-buku politik yang dianggap sensitif. Salah satunya adalah Lam Wing-kee.
Kamis (25/4) pendiri toko buku Causeway Bay Books itu meninggalkan Hongkong menuju Taiwan. Dia takut RUU ekstradisi tersebut bakal disahkan dan dia akan ditangkap serta dikirim ke Tiongkok.
”Ketika saya bangun hari ini, rasanya begitu berbeda dari kemarin,” ujar Lam saat diwawancarai Apple Daily sehari setelah tiba di Taiwan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, sekitar 4 ribu warga.(sha/c25/dos/jpg)
Editor: Eko Faizin